
BIMATA.ID, Jakarta – Ketua MPR RI Ahmad Muzani menilai posisi politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto kian berwibawa dan diperhitungkan dalam kancah internasional.
Hal ini terutama terlihat dari sikap Presiden Prabowo yang disampaikan dalam pidatonya di Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, Rusia.
Menurut Muzani, pernyataan Presiden Prabowo dalam forum ekonomi tersebut sudah tepat dan mencerminkan prinsip dasar politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Ia menilai keputusan Presiden untuk tidak menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 telah dijelaskan dengan baik dan memperkuat posisi diplomatik Indonesia.
“Kita sebagai bangsa besar makin bangga posisinya sebagai bangsa yang diperhitungkan dalam setiap upaya untuk mencapai perdamaian dunia,” kata Muzani.
Baca Juga : Ziarah Menkop di Banyumas: Warisan Margono Jadi Fondasi Ekonomi Gotong Royong Era Prabowo
Muzani menyebut, di tengah meningkatnya ketegangan global, termasuk konflik antara Iran dan Israel, Presiden Prabowo berhasil menjaga posisi Indonesia tetap nonblok dan mengedepankan diplomasi.
Menurutnya, langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia konsisten mendukung perdamaian dunia.
“Dan terus mengikuti perkembangan ini sehingga kita tidak memblok dalam salah satu blok,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa semangat diplomasi dan dialog harus terus dikedepankan, di tengah kecenderungan negara-negara yang mulai meninggalkan diplomasi dan lebih mengandalkan kekuatan militer.
Muzani juga mengingatkan pemerintah untuk tidak merasa lelah ataupun kalah dalam memperjuangkan perdamaian global.
Ia menegaskan bahwa peran Indonesia sebagai jembatan dialog sangat penting dalam menyelesaikan berbagai konflik internasional.
“Diplomasi dan dialog adalah cara terbaik untuk kita menyelesaikan semua problem dan perbedaan yang ada di antara negara,” tutupnnya.
Sebelumnya, dalam pidatonya di SPIEF 2025, Presiden Prabowo menjelaskan alasan tidak menghadiri KTT G7 yang dipimpin oleh Kanada.
Ia menegaskan bahwa ketidakhadiran tersebut bukan karena tidak menghormati G7, melainkan karena telah lebih dulu berkomitmen menghadiri forum di Rusia.




