
BIMATA.ID, Jakarta— Pemerintah menanggapi laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5%. Dalam pernyataan yang disampaikan oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi, pemerintah mengingatkan bahwa penurunan tersebut tidak dapat disebabkan oleh satu faktor tunggal, dan banyak aspek yang perlu dipertimbangkan untuk memahami kondisi perekonomian nasional.
“Apa yang kemudian dirilis oleh BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami kemunduran, perlu kita ingat bahwa pertumbuhan ekonomi tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja,” ujar Prasetyo Hadi dalam konferensi pers, Jumat (9/5).
BACA JUGA: Klarifikasi Isu Pertemuan Prabowo-Jokowi , Prasetyo Hadi: “Tidak Ada yang Perlu Ditafsirkan”
Prasetyo juga menyebutkan bahwa efisiensi anggaran negara, yang sering kali menjadi perbincangan dalam konteks pengelolaan keuangan negara, sesungguhnya merupakan proses realokasi anggaran, bukan pemangkasan secara drastis.
“Kalau dikaitkan dengan efisiensi, ya proses efisiensi anggaran itu adalah realokasi anggaran. Itu yang menjadi fokus kita,” jelasnya.
Selain itu, Prasetyo menekankan bahwa meski ada penurunan secara keseluruhan, sektor tertentu justru menunjukkan pertumbuhan yang positif. Misalnya, sektor pertanian yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 10%, sebuah angka yang menunjukkan ketahanan sektor tersebut meskipun ada tekanan dari sektor lain.
“BPS juga mencatat pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian 10%. Bidang lain juga tumbuh cukup signifikan. Kita harus memandang sesuatu dengan cara yang utuh,” kata Prasetyo menanggapi data yang dikeluarkan BPS.
BACA JUGA: Adnan Taufiq Bagikan Ratusan Paket Sembako Sambil Sampaikan Salam Presiden Prabowo
Pemerintah juga menyebutkan bahwa ada faktor eksternal yang turut mempengaruhi kinerja ekonomi Indonesia. Kenaikan harga energi dan komoditas global, serta ketegangan geopolitik dunia—termasuk konflik antara India dan Pakistan—mempengaruhi perekonomian global, dan pada gilirannya, turut berdampak pada Indonesia.
“Faktor lainnya adalah kebijakan negara-negara lain yang turut berpengaruh pada dampak perekonomian negara kita. Kenaikan harga emas, serta ketegangan geopolitik dunia yang semakin meningkat. India dan Pakistan yang bersitegang, meskipun tidak terjadi di negara kita, tapi kita bagian dari komunitas global pasti merasakan dampaknya,” tambah Prasetyo.
Ia menegaskan bahwa semua pihak, baik pemerintah, sektor usaha, industri, maupun pekerja, harus bekerja sama untuk menjaga kekuatan fundamental perekonomian Indonesia agar dapat bertumbuh kembali.
“Seluruh pihak di dalam negeri harus memahami itu, terutama masalah ekonomi. Antara pemerintah, sektor usaha dan industri, serta pekerja harus bersama-sama untuk menjaga titik temu, yaitu kekuatan fundamental untuk pertumbuhan ekonomi kita,” tegas Prasetyo.
BACA JUGA: Presiden Prabowo Sambut Bill Gates, Bahas Kolaborasi Kesehatan dan Pertanian
Dengan langkah-langkah ini, pemerintah berharap dapat menjaga kestabilan ekonomi meskipun ada tantangan global yang besar. Ke depannya, pemerintah akan terus memantau perkembangan dan melakukan penyesuaian kebijakan yang diperlukan.