UmumBeritaPeristiwaRegional

Agus Buntung Menikah Diwakilkan Keris, Simak Makna dan Rangkaian Prosesi Sesuai Adat Tradisi Bali

BIMATA.ID, Jakarta- Belakangan ini dikabarkan bahwa tersangka dugaan pelecehan seksual Agus Buntung alias Iwas telah resmi menikahi pujaan hatinya, yakni Ni Luh Nopianti.

Walau sudah mendekam jadi tahanan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIA Kuripan, Lombok Barat , tetapi Agus Buntung masih bisa melangsungkan pernikahan tanpa kehadiran fisiknya.

Diketahui, rangkaian prosesi pernikahan Agus dilakukan sesuai dengan adat tradisi Bali.

BACA JUGA: Lawatan ke Timur Tengah dan Turki, Presiden Prabowo Bawa Pulang Sejumlah Kesepakatan Strategis

Melalui pengacaranya, Ainuddin, pernikahan ini dikonfirmasi sudah terencana jauh sebelum kasus dugaan pelecehan seksual menimpa Agus.

“Jadi sebelum Agus ditimpa dengan kasus ini, rencananya memang akan dilangsungkan pernikahan. Sebelumnya ya, jauh sebelumnya. Dia tidak tahu kalau akan ada masalah seperti ini,” kata Ainuddin.

Pernikahan unik antara Agus dan Nopianti juga terekam dalam video durasi 15 detik yang sempat viral di media sosial.

Di video tersebut, nampak mempelai Wanita hadir dengan penampilan yang anggun dengan memakai kebaya putih serta kain tradisional Bali.

Yang menarik perhatian netizen sendiri adalah di mana posisi mempelai pria yang dikosongkan dan diganti dengan sebilah keris.

Sebagai informasi, keris ini menjadi simbol hadirnya Agus sebagai mempelai pria dalam pernikahan adat tersebut.

BACA JUGA: Presiden Prabowo Terima Kunjungan Wakil PM Rusia, Bahas Penguatan Kerja Sama Bilateral

Rangkaian prosesi tradisi adat pernikahan Agus Buntung dan Ni Luh Nopianti ini dikenal sebagai Widiwidana yang disaksikan langsung oleh keluarga kedua mempelai, Pedanda serta tokoh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).

Nah, berikut ini sejumlah prosesi pelaksanaan pernikahan adat Hindu Bali ‘Widiwidana’ tanpa Kehadiran Agus Buntung.

1. Mepamit: Meminta dan Memohon Restu Secara Adat
Yang pertama, adanya upacara adat yang dimulai dengan Mepamit, yakni permohonan izin dari keluarga mempelai pria kepada keluarga Ni Luh Nopianti.

Dalam kondisi Agus yang tidak bisa hadir dalam pernikahan, kehadirannya sudah digantikan oleh keris putih sebagai simbol kekuatan, kehormatan, dan kesetiaan laki-laki Bali.

2. Widiwidana: Ritual Penyatuan Jiwa
Proses kedua setelah Mepamit, Ni Luh Nopianti akan diantar ke rumah keluarga Agus untuk melaksanakan prosesi Widiwidana.

Nah, dalam upacara ini akan dipimpin oleh tokoh adat dan berlangsung dalam beberapa tahap, di antaranya:

-Pembacaan mantra dan Prayascita: Membersihkan energi negatif dan memohon restu Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
-Pemasangan tikar (Lakar Bantal): Simbol penerimaan mempelai wanita oleh keluarga pria.
-Pemberian sesajen dan sirkular banten: Persembahan untuk menjaga keharmonisan alam.
-Penyatuan tali suci (pupuan): Benang tri datu diikat di pergelangan tangan mempelai sebagai tanda ikatan suci.

BACA JUGA:Dari Timur Tengah ke Istana: Prabowo Langsung Terima Tamu Rusia

Sementara itu, walau Iwas tidak hadir secara fisik, namun acara pernikahan dan statusnya sebagai suami tetap sah secara adat karena sudah mendapatkan persetujuan dari kedua keluarga.

Kemudian, seluruh prosesi adat pernikahan ini juga didukung dan dilengkapi dengan dokumen adat, termasuk pula surat pengesahan dari Banjar atau Desa Adat dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).

Pasca upacara adat, nantinya dokumen-dokumen tersebut dicatat sebagai salah satu bukti legalitas pernikahan.

Keluarga besar juga berharap jika pria disabilitas ini segera menyusul untuk melengkapi proses ngunduh manten atau penjemputan pengantin wanita jika situasi memungkinkan.

Makna Penggunaan Keris Putih sebagai Simbol Kehadiran Pernikahan
Di dalam filosofi Hindu Bali, pernikahan sendiri bukan hanya sekadar penyatuan fisik, namun juga spiritual.

Ikatan Purusa-Pradana atau unsur maskulin-feminin) ini tetap sah walau tanpa kehadiran mempelai pria.

Adanya simbolisasi dari keris putih ini menunjukkan bahwa proses pernikahan yang dilakukan itu sudah diakui oleh leluhur dan masyarakat adat.

BACA JUGA: Sepulang dari Timur Tengah, Prabowo Sambut Wakil PM Rusia di Jakarta

Selain itu, Ni Luh Nopianti sebagai mempelai wanita juga tetap menjalani semua rangkaian pernikahan dengan hati teguh, sebagai bukti kesetiaan dan keyakinannya terhadap cinta serta ikatan mereka.

“Semoga pernikahan ini menjadi awal kehidupan baru yang penuh berkah, dan sang suami segera kembali untuk merajut kebahagiaan bersama,” tutur Ainuddin.

Related Articles

Bimata