BIMATA.ID, Kuningan – Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Dapil Jabar X H. Rokhmat Ardiyan (HRA) bersama Wakil Bupati Kuningan terpilih Hj. Tuti Andriani meresmikan Saung Karahayuan sebuah simbol kebersamaan dan toleransi di RT 07 RW 01 Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kuningan Jawa Barat, pada Jumat (3/1/2025) malam.
Turut hadir, Camat Cigugur Yono Romansyah, Kepala Desa Cisantana Ano Suratno, Ketua RW Tarkim, Ketua RT Endang, Tokoh Muslim H. Maman, Tokoh Katolik Wahid, Tokoh Sunda Wiwitan (Pangeran Gumirat Barna Alam).
Haji Rokhmat Ardiyan (HRA) menyampaikan pentingnya kerukunan sebagai aset utama dalam mendukung pembangunan desa.
Ia juga mengingatkan warga untuk terus menjaga semangat toleransi dan gotong royong sebagai miniatur dari bangsa Indonesia yang majemuk.
“Keramahan dan keberagaman di Cisantana adalah kekuatan besar. Ini sejalan dengan visi Pak Prabowo, yang ingin mewujudkan bangsa yang adil, makmur, dan harmonis. Desa ini bisa menjadi contoh desa yang menerapkan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar HRA yang menjabat anggota Komisi XII DPR RI.
Wakil Bupati Terpilih, Hj. Tuti Andriani mengapresiasi keberadaan Saung Karahayuan sebagai simbol moderasi lingkungan. Ia berharap Desa Cisantana dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menjaga kerukunan dan toleransi.
Keberagaman di Cisantana adalah wujud nyata bagaimana perbedaan keyakinan bisa dirangkul untuk menciptakan harmoni. Mari kita terus jaga semangat ini demi kemajuan Kuningan,” ungkapnya.
Camat Cigugur, Yono Romansyah, menyampaikan apresiasi atas gotong royong warga. Ia mengungkapkan pentingnya menjaga keberagaman yang telah menjadi ciri khas Desa Cisantana dan wilayah Kecamatan Cigugur secara umum.
“Dusun ini telah ditetapkan sebagai kampung moderasi. Keberagaman di sini nyata, tidak hanya antarwarga, tetapi juga dalam satu keluarga. Ini yang harus terus dijaga sebagai kekuatan untuk mewujudkan persatuan,” ungkapnya.
Kepala Desa Cisantana Ano Suratno mengungkapkan bahwa Saung Karahayuan adalah wujud nyata kerukunan antarwarga yang telah menjadi tradisi di Desa Cisantana.
“Kerukunan di sini bukan sekadar cerita, melainkan ruh dari setiap gerakan pembangunan. Kami percaya kekuatan bersama adalah berkah bagi desa. Saung ini adalah bukti nyata moderasi beragama yang diaplikasikan, bukan hanya jargon,” ungkap Ano.
Ia juga menekankan pentingnya memanfaatkan potensi seni dan budaya lokal, seperti sanggar seni musik dan tari yang sudah ada, seraya berharap ke depan dapat membangun gedung seni yang lebih representatif.
Terakhir, Ketua RT Endang menyebut pembangunan saung ini, yang berlangsung selama dua bulan dari September hingga Oktober, sepenuhnya dilakukan secara swadaya masyarakat RT 07 dengan bantuan donatur lokal, termasuk sumbangan bambu.