BIMATA.ID, Jakarta – Manuver politik Presiden ke-7 Jokowi dinilai masih berkaitan dengan kepentingan politiknya bersama PDIP. Pasalnya pasca dipecat PDIP beberapa waktu lalu, banyak pihak memprediksi jika Jokowi akan berlabuh ke salah satu parpol namun hal ini diduga sebagai bagian dari upaya Jokowi dalam menggalang kekuatan politik baru untuk melawan PDIP.
“Sudah menjadi rahasia umum bahwa sejak lama hubungan PDIP dengan Jokowi tidak lagi harmonis dan puncaknya ada pada pilpres dan pemilu 2024 yang lalu, dimana jagoan PDIP kalah telak dengan jagoan yang di dukung Jokowi, sebaliknya terkait manuver politik Jokowi baru-baru ini, kemungkinan besar yang akan menjadi salah satu syarat bagi parpol yang ingin meminangnya adalah harus memiliki pandangan politik yang sama dengan dirinya yakni “asal jangan PDIP”., tutur Jajat.
Baca Juga: Presiden Prabowo Sebut Indonesia, Brasil, dan Kongo Segera Capai Swasembada Pangan
Jajat menambahkan, meski Jokowi memiliki kedekatan dengan para ketum Parpol termasuk dengan Presiden Prabowo sebagai ketum Gerindra, akan tetapi melihat situasi parpol saat ini dapat dikatakan hanya partai Golkar yang paling mendekati, selain ketumnya Bahlil Lahadalia merupakan salah satu orang kepercayaan Jokowi, posisi Golkar secara politik juga lebih stabil mengingat selalu berada di urutan 3 besar, hal ini tentu lebih menguntungkan bagi Jokowi untuk kedepannya.
“Jika Jokowi berlabuh ke Golkar maka akan sama-sama di untungkan, Golkar butuh sosok yang mampu membawa ke puncak kejayaannya kembali, sementara dari historynya Golkar memiliki catatan panjang saat berkuasa dan bersebrangan dengan PDIP, saya kira apapun keputusannya nanti, yang jelas segala hal yang berkaitan dengan politik Jokowi tidak akan terlepas dari kepentingan perseteruannya dengan PDIP termasuk bagi partai yang akan menjadi rumah politik barunya kelak”, tutup Jajat.
Simak Juga: Gerindra Junjung Tinggi Putusan KPU Menangkan Pram-Rano