BIMATA.ID MAMUJU – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar merilis, inflasi Sulbar Juni 2024 sejak ditangan Pj Gubernur Bahtiar Baharuddin mengalami perkembangan yang sangat baik dan berada di bawah standar nasional.
Penyumbang inflasi menurut kelompok pengeluaran dari tahun ke tahun (y on y) adalah makanan, minuman dan tembakau yang menyumbang sebesar 1,59 persen, penyediaan makanan dan minuman restoran sebesar 0,50 persen, transportasi sebesar 0,09 persen, perawaran pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,08 persen, kesehatan dan pendidikan menyumbang 0,01 persen.
Kelompok makanan, minuman dan tembakau komoditas penyumbang utama inflasi yakni beras, pisang dan cabai merah, kemudian kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran, komoditas penyumbang inflasinya adalah nasi dengan lauk, ayam goring dan sayur olahan.
Hal itu disampaikan Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri, dalam siaran pers yang berlangsung di aula kantor BPS Sulbar, Senin, 1 Juli 2024.
“Angka ini masih jauh dibawah batas maksimal yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 3,05 persen,” kata Tina Wahyufitri.
Ia juga mengungkapkan, inflasi Sulbar dari bulan ke bulan mencapai 0,81 persen didorong oleh peningkatan harga beberapa komoditas utama, seperti beras, ikan layang, ikan cakalang dan cabe merah sebesar 0,79 persen.
Inflasi tertinggi terjadi di Mamuju sebesar 2,45 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,62 dan terendah terjadi di Kabupaten Majene sebesar 2,24 persen dengan IHK sebesar 106,76.
“Inflasi ini didorong utamanya oleh budaya masyarakat pada Idul Adha di mana masyarakat meningkat konsumsi ikan cakalang, cabe merah dan beras,” ujarnya.
Namun disisi lain, permintaan ikan yang meningkat tersebut mendorong peningkatan nilai tukar subsektor perikanan sebesar 100,89 dan nilai tukar sub sektor petani yang bergerak di hortikultura sebesar 105,38.
Menanggapi hal itu, Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin mengapresiasi capaian yang telah ditorehkan oleh tim inflasi, baik tingkat provinsi maupun kabupaten.
“Saya mengapresiasi tim inflasi provinsi maupun kabupaten atau kota yang telah bekerja keras untuk mengelola inflasi dari waktu ke waktu,” pungkas Bahtiar Baharuddin.
Menurutnya, penanganan inflasi di Sulbar bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Tetapi, pekerjaan yang super penting karena berkaitan langsung dengan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat.
“Ada 21 bahan pokok yang mempengaruhi, melingkupi kehidupan warga kita siang dan malam,” tuturnya.
(W2)