BeritaEkonomiInternasionalNasionalPeristiwaPertanianUmum

Analis: Agenda Sawit Prabowo Dapat Dukungan Global

BIMATA.ID, Jakarta – Analis Sawit Berkelanjutan, Edi Suhardi, mengatakan bahwa agenda besar sawit dari presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto, mendapat sambutan baik dari global. Hal ini menurutnya terlihat dari banyaknya berita dan opini positif tentang sawit, bahkan minyak sawit direkomendasikan sebagai minyak nabati yang tidak hanya berguna untuk makanan saja, melainkan juga untuk biofuel.

Untuk diketahui, pemerintah Amerika Serikat dan produsen pertanian pada bulan lalu mendesak penundaan pemberlakuan Peraturan Bebas Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang dijadwalkan bakal diterapkan pada tanggal 31 Desember nanti. apabila EUDR mulai berlaku rencana, Edi menilai ekspor minyak sawit ke pasar Uni Eropa akan menghadapi pembatasan yang ketat.

Akan tetapi, Edi juga menjelaskan bahwa laporan penelitian dari Satuan Tugas Tanaman Minyak dari Persatuan Internasional Untuk Konservasi Alam (IUCN) di Swiss mematahkan mitos bahwa tanaman penghasil minyak sawit pada dasarnya buruk.

“Bahkan sebaliknya, praktik pertanianlah yang diperhitungkan. Begitulah cara tanaman ditanam, diproses, dan diperdagangkan. Yang membuat perbedaan adalah praktiknya, bukan tanamannya,” ucap Edi, dalam keterangannya yang dikutip Warta Ekonomi, Senin (22/7/2024).

Kampanye positif tentang sawit ini juga dilakukan oleh pihak dalam negeri sendiri. salah satunya adalah Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Dalam kampanye pemasaran minyak sawit di kancah internasional, GAPKI sering menegaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa minyak sawit disukai sebagai minyak nabati.

“Pertama, komoditas ini memiliki biaya produksi paling rendah di antara tanaman penghasil minyak, namun juga memiliki hasil tertinggi di antara semua tanaman pengashil minyak,” jelas Edi.

Selain itu, komposisi minyak sawit menjadikannya komoditas yang sangat serbaguna dan digunakan untuk makanan serta barang konsumsi lainnya. Yang lebih penting, sebut Edi, di tengah kampanye global melawan perubahan saat ini, minyak sawit juga memiliki potensi besar untuk menjadi sumber utama biofuel.

Lebih lanjut, terkait dengan LSM-LSM ramah lingkungan yang selama ini berkampanye memberi label pada berbagai produk yang “tidak mengandung minyak sawit”, Edi meminta kepada mereka bahwa kontribusi mereka akan lebih besar jika mereka membantu negara-negara penghasil minyak saiwt besar seperti Indonesia untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan.

Pasalnya, Indonesia telah menerapkan skema Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO). Akan tetapi, program ini memerlukan bantuan finansial dan teknis lantaran perkebunan kelapa sawit melibatkan lebih dari 6 juta petani kecil.

“Memilih tanaman penghasil minyak lainnya sepetri minyak zaitun, minyak kedelai, rapeseed, dan bunga matahair memerlukan penggunaan lebih banyak lahan pertanian dengan mengorbankan lingkungan karena tanaman ini jauh kurang produktif dibandingkan kelapa sawit,” kata dia.

 

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close