BeritaPolitikRegional

Dedi Mulyadi Kuatkan Kaki Untuk Bisa Menangi Pilgub Jabar 2024

BIMATA.ID, Jabar – Setelah terpilih kembali menjadi anggota DPR dalam Pemilu 2024, Dedi Mulyadi tak menghentikan langkah politiknya. Kini, Bupati Purwakarta dua periode (2008-2018) itu tengah menguatkan ”kaki-kaki” untuk bisa memenangi Pemilihan Gubernur Jawa Barat atau Pilgub Jabar 2024, November mendatang.

Tiket dari partainya, Gerindra, diklaim sudah dipegangnya.

Namun, dirinya masih butuh sokongan dari partai politik lain untuk memuluskan pencalonannya.

Agar pencalonan ini mulus sekaligus memperbesar kans kemenangan, Gerindra memintanya untuk terus menggenjot elektabilitas hingga di angka 60 persen, dari saat ini masih sekitar 30 persen.

Itu pun masih di bawah elektabilitas Gubernur Jabar 2018-2023 Ridwan Kamil yang berpeluang dipasang Partai Golkar untuk Pilgub Jabar.

Apakah betul Gerindra sudah menetapkan Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur (cagub) untuk Pilgub Jabar? Partai politik apa yang didekati Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu untuk bisa memenuhi syarat pencalonan? Bagaimana pula dia melihat persaingannya dengan Ridwan Kamil? Berikut petikan wawancara dengan Dedi Mulyadi di kediamannya di Subang, Jabar, Rabu (29/5/2024).

Bagaimana perkembangan proses pencalonan untuk Pilgub Jabar dari Partai Gerindra?

Kalau di Gerindra, sih, saya sudah tunggal, ya. Saya calon gubernur Jabar, tinggal diputuskan. Nah, putusannya, kan, kita tahu ada Koalisi Indonesia Maju (KIM/koalisi partai politik pengusung presiden-wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka).

Jadi, hari ini, diskusinya bukan di pencalonan gubernur, diskusinya di KIM. Soal siapa yang di Jabar, Jakarta, dan siapa di Jateng? Kalau Jatim sudah selesai. Ya, tinggal di situ saja sebenarnya. Karena apa? Karena secara konseptual agar KIM punya kesamaan visi, pandangan, dan gerak.

Sebelumnya sempat ada nama mantan Kapolda Jabar Mochamad Iriawan yang juga dipertimbangkan Gerindra untuk maju di Pilgub Jabar 2024?

Gak… gak, hari ini cuma satu nama. Pak Prabowo (Ketua Umum Gerindra) juga sudah bicara.

Lantas bagaimana pembicaraan soal nama Kang Dedi di internal KIM?

Katanya sudah ada pertemuan-pertemuan, mungkin pertemuan itu juga sambil melihat tren elektoral kandidat masing-masing partai. Kalau dari sisi prinsip sudah selesai.

KIM terdiri atas delapan partai politik. Empat di antaranya parpol yang memiliki wakil di DPR/MPR, yakni Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Demokrat. Kemudian ada empat parpol baru dan nonparlemen, yakni Partai Bulan Bintang, Partai Gelora, Partai Solidaritas Indonesia, dan Partai Garuda. Pada pemilu lalu, Gerindra memperoleh kursi DPRD Jabar terbanyak, yakni 20 kursi. Akan tetapi, untuk bisa mengajukan pasangan calon gubernur-wakil gubernur minimal harus mendapatkan 22 kursi sehingga Gerindra harus berkoalisi dengan parpol lain untuk mengusung calon di Pilgub Jabar 2024.

Sejumlah partai di KIM juga menyodorkan nama kadernya untuk maju di Pilgub Jabar, seperti Ridwan Kamil yang diajukan Golkar dan Bima Arya serta Desy Ratnasari dari PAN.
Apakah itu jadi hambatan partai-partai di KIM mengusung Kang Dedi?

Sebenarnya kalau yang potensial berdasarkan survei, tinggal saya dan Ridwan Kamil. Sejauh ini komunikasi dengan partai-partai itu baik. Saya, misalnya, sudah komunikasi dengan ketua Demokrat Jabar, diminta datang (untuk dapat dukungan Demokrat). Jadi, gak capek-capek ngelamar.

Dengan melihat hasil pemilu lalu, bahwa Gerindra meraih kursi DPRD Jabar terbanyak, apakah menjadi harga mati Gerindra harus usung kader sendiri untuk posisi cagub Jabar?

Pertama, kan, Pak Prabowo selalu menang di Jawa Barat. Saya, kan, harus membalas kemenangan itu dengan mempercepat pembangunan di Jabar. ”Oh, ini dong Indonesia dipimpin Prabowo dan gubernurnya Dedi Mulyadi, Gerindra.” Ini cara kerjanya dan saya berterima kasih atas kesetiaan terhadap Prabowo. Kan, saya bisa berterima kasih dengan cara seperti itu.

Namun, KIM tetap diutamakan untuk tiket pencalonan? Bagaimana dengan partai di luar KIM?

Ya, diutamakan KIM. Dan, bagi saya sebenarnya koalisi di KIM sudah ideal. Kalau saya mendapat dukungan dari yang bukan KIM, seperti Nasdem dan PDI-P yang sudah sebut nama saya dan menilai saya punya catatan tersendiri (untuk diajukan di Pilgub Jabar), ya, tidak ada masalah. Semakin banyak sahabat semakin baik. Termasuk jika ada dukungan dari parpol-parpol yang tak dapat kursi di DPRD.

Sumber : Kompas

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close