Bimata

Cerita Pengalaman Denjaka Purn Yussuf di Tugaskan Prabowo Untuk Selamatkan Mantan Danjen Kopassus Purn Kuntara

BIMATA.ID, Jakarta – Mantan Komandan Denjaka Mayjen TNI (Mar) (Purn) Yussuf Solichien mengisahkan pengalamannya menerima telepon dari Prabowo Subianto untuk menyelamatkan mantan Danjen Kopassus Letjen (Purn) Kuntara.

Pengalaman tersebut sangat mengesankan bagi Yussuf Solichien yang kala itu menjabat Komandan Satuan Marinir Armada Barat (Satmararmabar).

Yussuf menuturkan bahwa dirinya mendapat telepon pagi-pagi buta dari Danjen Kopassus Mayjen TNI Prabowo Subianto sekira pukul 06.00 WIB pada akhir bulan September 1996.

Prabowo mengabarkan bahwa kapal feri yang mengangkut rombongan mantan Pangkostrad Kuntara mogok di tengah laut dalam perjalanan dari Carita ke Krakatau di Selat Sunda.

Kuntara ternyata menghubungi Kopassus untuk meminta bantuan SAR. Namun, kesatuan yang dipimpin Prabowo kala itu tidak memiliki sarana prasarana untuk tindakan pencarian dan penyelamatan di laut.

Baca Juga : Muzani : Prabowo Tak Berhalangan Bertemu Dengan Lawan Politiknya

Prabowo berpikir solusi terbaik adalah menghubungi TNI Angkatan Laut.

Di benak Prabowo bila bicara TNI AL, hanya ada satu nama yang selalu diingat, yaitu Yussuf Solichien.

“Itulah mengapa dia menghubungi saya untuk minta bantuan. Saya menyarankan agar Danjen Kopassus itu menghubungi KSAL atau Panglima Armada,” ujar Yussuf dikutip dari buku Against All Odds: Ada Kemauan, Tidak Ada yang Tak Mungkin Autobiografi Yussuf Solichien M, Prajurit Marinir Yang Menjadi “Panglima” Nelayan, kamis (27/06/2024).

Mendengar jawaban Yussuf, Prabowo lalu menjawab, “Yussuf, di Angkatan Laut itu yang aku kenal hanya kamu, tolong, ya!” “Ok, aku akan bantu segera, standby ya, nanti aku kabarin,” jawab Yussuf.

Sebagai sahabat mencoba memenuhi permintaan Prabowo, Yussuf lantas tidak langsung melaporkan ke Panglima Armada, tetapi menghubungi Perwira Dinas (Padis) Armada Barat yang bertugas jaga hari itu.

Dia menanyakan posisi kapal-kapal dan pesawat udara Armada Barat saat itu yang bisa cepat digerakkan ke Selat Sunda.

Simak Juga : Profil Sjafrie Sjamsoeddin, Calon Menhan Terkuat Era Prabowo-Gibran, Jebolan Akabri 1974

Dari Padis, Yussuf kemudian mendapat informasi bahwa kapal-kapal TNI AL yang posisinya dekat Selat Sunda terdapat di Tanjung Karang, Bangka, dan Palembang, helikopter dan fixed wing TNI AL standby di Lanud Halim Jakarta dan Tanjung Pinang.

Dia kemudian menghubungi Komandan Denjaka, Mayor Marinir Alfan Baharudin dan memintanya menyiapkan satu tim yang bertugas melaksanakan SAR sambil menunggu perintah dari Pangarmabar.

Mayor Alfan melaporkan kepada saya bahwa ada sebuah helikopter TNI AL yang siap di Markas Denjaka di Cilandak.

“Saya minta helikopter itu juga standby untuk memonitor evakuasi Pak Kuntara,” ucapnya.

Setelah mengetahui posisi semua kapal dan pesawat udara Armabar yang berada di sekitar Selat Sunda, Yussuf menghadap Pangarmabar Laksamana Muda Ahmad Sutjipto pada pukul 07.00 WIB pagi.

Pangarmabar saat itu berada di Lanud Halim Perdanakusuma dalam rangka persiapan Hari ABRI 1996.

“Saya melaporkan permintaan bantuan SAR dari Danjen Kopassus untuk melaksanakan evakuasi rombongan Pak Kuntara dan sekaligus melaporkan posisi dan kesiapan kapal-kapal dan pesawat udara Armabar yang bisa digerakkan ke Selat Sunda, termasuk kesiapan Tim Denjaka untuk membantu penyelamatan,” tutur mantan Komandan Pangkalan Utama TNI AL V/Jayapura, Papua ini.

Yussuf juga memohon kepada Pangarmabar untuk meminta izin kepada KSAL agar bisa mengerahkan Tim Denjaka untuk membantu operasi penyelamatan.

Lihat Juga : Sri Mulyani Bersama Tim Prabowo : Prabowo komitmen Jaga Defisit Fiskal APBN di Bawah Level 3 Persen Terhadap PDB

Setelah melaporkan situasi dan kondisi yang ada, selanjutnya Yussuf mohon petunjuk untuk melaksanakan operasi penyelamatan tersebut.

“Ya sudah, kamu bantu saja!” kata Yussuf menirukan ucapan Pangarmabar.

Lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan ke-19 tahun 1973 ini kemudian menyarankan agar Asisten Operasi (Asops) Armabar yang mengendalikan operasi penyelamatan itu. ”

Pak Tjipto (begitu kami memanggil beliau) langsung menjawab, ‘Nggak usah, kamu saja yang mengendalikan dan segera kerjakan!’,” katanya. “Siap Panglima, laksanakan,” Yussuf pun menjawab.

Exit mobile version