BIMATA.ID, Jakarta- Pemerintah Indonesia tengah gencar mempersiapkan pasokan susu di dalam negeri. Salah satunya demi menyukseskan program pemberian susu gratis bagi siswa-siswi tanah air yang diinisiasi Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan susu dalam program itu, Indonesia sudah memiliki beberapa pasokan dari peternak besar. Ia menyebutkan lokasinya ada di Blitar dan Malang.
BACA JUGA: Bos GOTO Dukung Program Makan Siang Gratis Milik Prabowo
“Susu itu kan sekarang kita ada yang dairy, nah jumlah dairy ada yang besar punya 10 ribu sapi di Jawa Timur, di dua tempat Malang dan Blitar, kemudian ada yang berbasis koperasi, itu yang jadi supply chain ke pabrik susu dalam negeri,” kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (17/5/2024).
Namun, ia mengakui, pasokan susu dari situ saja tidak akan cukup, maka kebutuhan peternak sangat tinggi ke depan. Hingga kini pun menurutnya dalam memenuhi kebutuhan susu tanah air secara umum masih mengandalkan impor dari luar negeri, seperti Selandia Baru dan Australia.
“Oleh karena itu kan kebutuhan kita tinggi, kita masih tergantung impor dari New Zealand dan Australia. Tentu kita akan lihat lagi pertumbuhan industri ini, ya kita berharap meningkatkan peternak dari masyarakat,” tegasnya.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, produksi susu segar di Indonesia hanya mencapai 968.980 ton. Nilai tersebut setara 20% dari kebutuhan nasional sebesar 4,4 juta ton. Sehingga sisanya atau 80% masih harus dipenuhi dengan impor.
Mempertimbangkan peningkatan populasi masyarakat Indonesia, kebutuhan per kapita produk susu akan terus melonjak. Berdasarkan Data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang dihimpun Statista rata-rata konsumsi susu tiap orang Indonesia paling tinggi terjadi pada 2011 lalu mencapai 4,61 kilogram (kg) per kapita.
BACA JUGA: Prabowo Ungkap Fakta Negara Habiskan 319 T per Tahun Untuk Impor BBM
OECD memproyeksikan konsumsi susu akan terus melonjak dalam satu dekade ke depan, potensinya bisa mencapai 5,01 kg per kapita pada 2031 mendatang.
Kebutuhan susu tentu juga akan melonjak melalui program Prabowo, sebab program susu gratis yang akan mulai diterapkan pada 2025 secara bertahap itu akan diarahkan kepada sekitar 20% siswa yang setara dengan 16,58 juta anak dari total anak sekolah dan pesantren di Indonesia yang mencapai 82,9 juta anak.
Berdasarkan data tersebut, bisa diperhitungkan kebutuhan dari program susu gratis ini untuk 2025 saja akan mencapai sekitar 756,46 juta liter. Jika dalam skala penuh 100% hingga 2029 bisa terus bertambah mencapai 3,78 miliar liter.
Dari nilai tersebut jika dikalkulasikan dalam ton, maka untuk 2025 kebutuhannya menjadi 733.768 ton. Jika program ini sudah 100% maka kebutuhannya pada 2029 bisa menjadi 3,67 juta ton.
Data BPS untuk 2023 menunjukkan impor susu sebesar 287.970 ton ini sudah memakan biaya US$ 921,42 juta. Jika untuk memenuhi 733.768 ton, maka pemerintah harus menyediakan dana sekitar US$ 2,34 miliar atau setara Rp36,75 triliun (asumsi kurs Rp15.656/US$) pada 2025.
Volume impor susu sebagai komoditas pangan pun telah melonjak sepanjang tahun ini. Pada periode Januari-April 2024 beratnya sudah mencapai 102,38 juta kilogram atau naik 6,22% dari periode Januari-April 2023 sebanyak 96,38 juta kilogram. Nilainya sebesar US$ 285,69 juta dari sebelumnya US$ 345,77 juta.
Mayoritas susu yang diimpor Indonesia berasal dari Selandia Baru seberat 56,71 juta kilogram. Lalu, dari Amerika Serikat seberat 14,55 juta kilogram, Australia 14,85 juta kilogram, Belgia 4,49 juta kilogram, dan Jerman 1,39 juta kilogram. Sementara itu, dari negara-negara lainnya secara total sebesar 10,36 juta kilogram pada periode Januari-April 2024.
Pemerintah Inggris menjadi salah satu negara yang berkeinginan memasok susu ke Indonesia. Ini sebagaimana disampaikan oleh Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands saat bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Kantor Departemen Bisnis dan Perdagangan pada April lalu.
Dalam pertemuan itu, Greg mengharapkan perdagangan produk susu dan turunannya antara Inggris dan Indonesia bisa menggeliat dalam kerangka kerja sama Joint Economic and Trade Commission (JETCO). Menurutnya, perdagangan susu kedua negara masih terkendala karena pendaftaran produk susu di Indonesia membutuhkan waktu lama, selain penerapan Sanitary and Phytosanitary (SPS).
BACA JUGA: Petani Minta Prabowo Dukung Sudaryono Maju Pilgub Jateng 2024
Merespons hal itu, Airlangga menegaskan bahwa Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya. Upaya ini untuk mendukung naiknya permintaan produk susu dan turunannya dengan program pemerintah baru, yakni susu gratis untuk siswa.
Meski demikian, saat ditemui di kantornya hari ini, Airlangga menekankan, belum ada pembahasan rinci terkait kebijakan deregulasi pendaftaran produk susu tersebut hingga saat ini dengan pemangku kepentingan, termasuk kementerian atau lembaga terkait.