BIMATA.ID, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan bahwa fenomena friend sharing atau praktik untuk mengalihkan rantai pasokan ke negara sekutu atau negara yang dianggap teman dalam konsep perdagangan internasional, merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian.
Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag, Kasan ketika ditemui seusai acara Gambir Trade Talk ke-14 di Jakarta, Rabu, mengatakan, tren perdagangan tersebut bisa dilihat sejak masa pandemi COVID-19 yang menunjukkan ada pergeseran ekspor-impor Amerika Serikat yang awalnya didominasi oleh China, berangsur berubah ke Meksiko.
Menurutnya, Indonesia diuntungkan karena menganut sistem politik luar negeri bebas aktif yang tidak terkekang oleh salah satu blok perdagangan, sehingga potensi ekspor dalam negeri bisa dimaksimalkan ketika fenomena itu terjadi.
Baca juga: Luhut Beri Saran Ke Prabowo Beli Kapal Riset Seharga Rp 3,5 T
“Kalau politik luar negeri kan bebas aktif, politik dagang tentu bisa saja sama, tapi yang jelas dari fakta yang ada kita berdagang dengan siapapun. Jadi tentunya bagi kita kebijakan ini harus kita kawal konsisten,” jelas dia.
Ia menjelaskan, Indonesia bisa memaksimalkan potensi perdagangan dalam fenomena friend sharing pada sektor pengolahan (manufaktur), serta pengembangan kendaraan listrik electric vehicle (EV) dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam negeri.
Ia menilai pemanfaatan tersebut juga mesti dibarengi dengan infrastruktur yang mendukung, serta kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memadai.
Lihat juga: Budisatrio Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Didorong Maju Pilkada Jakarta
“Kalau itu di hard infrastructure sudah ada, SDM kita improve, lalu kemudian konsistensi kebijakan itu bisa kita jalankan terutama untuk yang sifatnya jangka panjang, kita punya keyakinan (bisa untung),” ungkapnya.
Di sisi lain Research Associate di Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) David Christian menyampaikan, salah satu faktor yang menjadikan ada fenomena friend sharing yakni rivalitas antara AS dan China.
Selain itu, ketegangan yang terjadi antara kedua negara adidaya itu turut merambah ke perdagangan dan ekonomi, serta bereskalasi ke ranah teknologi.
Simak juga: Luhut Pastikan Prabowo Teruskan Proyek Era Jokowi
“Persaingan untuk supremasi global di berbagai bidang,” katanya.
Neraca perdagangan Indonesia 2023 secara total mencatatkan surplus 36,93 miliar dolar AS.
Nilai ekspor Indonesia pada 2023 tercatat sebesar 258,82 miliar dolar AS atau di bawah capaian ekspor tahun sebelumnya yang tercatat 291,90 miliar dolar AS.
Selengkapnya: Gerindra All Out Majukan Andra Soni di Pilgub Banten
Meski secara nominal ekspor Indonesia mengalami penurunan, namun dari sisi volume, ekspor Indonesia pada 2023 masih tumbuh 8,55 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
(Nabil/FAR)