BIMATA.ID, Jakarta – Pengamat politik Universitas Andalas Padang, Asrinaldi menilai ada kesan bahwa Anies Baswedan mulai ditinggalkan partai pendukungnya setelah kalah dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Publik mungkin melihat seperti itu artinya pilpres selesai, jadi Anies tidak dianggap lagi dalam tanda kutip ya,” kata Asrinaldi saat dihubungi di Jakarta, Kamis (25/04/2024).
Menurutnya, Anies sedari awal memang bukanlah ketua umum ataupun kader dari partai tertentu, melainkan hanya tokoh atau figur yang diusung.
Baca juga: Prabowo Doakan Timnas Indonesia Menang vs Timnas Korsel di Piala Asia 2024
Narasi perubahan yang dibawa Anies selama kampanye pemilu pun mendapat dukungan dari partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tergabung dalam Koalisi Perubahan.
Namun, setelah pemilu selesai, dan Prabowo – Gibran keluar sebagai pemenangnya, maka partai-partai di belakang Anies yang mempunyai kepentingan politik pun langsung pindah haluan mendukung Presiden terpilih.
Selain itu, pihak PKB dan NasDem harus mendengarkan dan mempertimbangkan saran dari Anies sebelum berpindah haluan seperti itu.
Lihat juga: Prabowo Doakan Kemenangan Timnas Indonesia U-23 vs Korea Selatan saat Sambangi PKB
“Secara etis harus didiskusikan dengan Anies karena Anies kan bagaimana pun bukan hanya sekadar kendaraan ataupun sekadar figur yang diusulkan atau diusung saja, tapi simbol perubahan-lah yang dikampanyekan,” tuturnya.
Selain itu, Ia juga menilai bahwa Anies harus memiliki partai sendiri untuk dijadikan kendaraan politik jika ingin kembali mencalonkan diri sebagai capres di 2029.
“Karena biar bagaimanapun 2029 itu, Anies masih punya potensi dan Surya Paloh harus merawat itu,” tutupnya.
Simak juga: Kedatangan Presiden Terpilih Prabowo Subianto Disambut Gus Imin di DPP PKB