BeritaEkonomiInternasionalNasional

Kadin Sebut Ekonomi Indonesia Kuat Hadapi Dampak Krisis Timur Tengah

BIMATA.ID, Jakarta – Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie menyatakan, bahwa kondisi fundamental perekonomian Indonesia cukup kuat dalam menghadapi ancaman dampak krisis di Timur Tengah.

“Ketika ekonomi global hanya tumbuh rata-rata 2 persen, kita dan segelintir negara seperti India dan Tiongkok, mampu tumbuh di atas 5 persen,” kata Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie dalam keterangan tertulis di Jakarta pada Kamis (19/04/2024).

Hal tersebut Ia sampaikan pada saat bertemu Sekretaris Jenderal Kadin Internasional International Chamber of Commerce (ICC) John Denton, di Kantor Pusat ICC, Paris, Perancis.

Baca juga: PDI Perjuangan Tak Masalah Jika PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

“Kepada Sekjen ICC, saya menyampaikan optimisme bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi tekanan dan ancaman krisis akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Seperti tekanan yang dialami nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pekan ini,” ungkapnya.

Menurutnya, kondisi ekonomi makro Indonesia memiliki daya tahan dalam menghadapi ancaman krisis, baik yang disebabkan eskalasi geopolitik maupun geoekonomi global.

Kemudian, sejumlah indikator yang menunjukkan kekuatan ekonomi makro, antara lain Indonesia masih mampu mencatat pertumbuhan di atas 5 persen.

Lihat juga: Presiden Korsel Puji Perolehan Suara Prabowo di Pilpres

Selain itu, Indikator lainnya adalah laju inflasi yang terkendali, jauh dibawah negara maju anggota OECD lainnya. Laju inflasi Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2024 sebesar 3,05 persen secara tahunan.

Oleh karena itu, penurunan nilai tukar rupiah yang menembus level psikologis Rp16.000 per dolar AS.

Sebelumnya, pada April 2020 lalu, kurs rupiah juga pernah bernasib sama. Pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami rupiah, tetapi juga mata uang regional lainnya.

Simak juga: Temui Prabowo di Kemhan, Menlu China: Presiden RI Terpilih dengan Suara Terbanyak

“Ini disebabkan oleh ketidakpastian kondisi geopolitik akibat memanasnya Timur Tengah. Belum lagi perang dagang yang meruncing antara AS dan Tiongkok,” jelasnya.

Maka dari itu, Anindya menegaskan, pemerintah, dan Bank Indonesia sudah memiliki pengalaman menghadapi situasi tekanan seperti yang terjadi pada saat ini.

Sekedar informasi, ICC adalah lembaga yang mempromosikan sistem perdagangan dan investasi internasional. ICC memiliki jaringan yang menjangkau lebih dari 170 negara, mencakup lebih dari 45 juta bisnis mulai dari UKM hingga perusahaan multinasional besar.

Selengkapnya: Projo : Pertemuan Prabowo dan Megawati Rukunkan Hubungan Elite Politik

Tags

Related Articles

Bimata
Close