BIMATA.ID, Jakarta – Anggota Komisi VIII DPR RI, Wisnu Wijaya, mengungkapkan apresiasi terhadap pencapaian Pemerintah Indonesia dalam menjalin kerja sama dengan Pemerintah Arab Saudi untuk mendapatkan tambahan kuota haji sebanyak 20 ribu. Menurutnya, langkah ini akan memberikan dampak positif terutama terhadap masa tunggu calon jemaah haji, yang diharapkan bisa diminimalkan secara signifikan.
“Sejujurnya, saat kami melakukan reses beberapa waktu yang lalu, permasalahan masa tunggu haji menjadi keprihatinan banyak konstituen kami. Beberapa calon jemaah harus menunggu hingga 40 tahunan atau lebih, sementara usia mereka saat ini ada yang sudah memasuki usia 50-an bahkan 60-an,” ujar Wisnu dalam pernyataannya kepada media, di Jakarta, Selasa (7/11/2023).
Baca Juga : Rencana Kirim Kapal Rumah Sakit TNI untuk Palestina, Prabowo akan Terbang ke Kairo
Wisnu juga mengakui bahwa penambahan kuota ini akan membawa konsekuensi berupa tantangan yang lebih besar bagi Kementerian Agama (Kemenag) dalam penyelenggaraan ibadah haji di tahun mendatang. Terlebih lagi, masih terdapat beberapa catatan serius yang perlu menjadi perhatian serius terkait penyelenggaraan haji pada tahun 2023.
“Pertama, jumlah kematian jemaah yang mencapai 775 orang, dengan rincian sebanyak 577 orang berusia di atas 65 tahun (lansia) dan 198 orang berusia di bawah 65 tahun. Oleh karena itu, ide untuk memperkuat proses pemeriksaan kesehatan terhadap calon jemaah, khususnya lansia, sebelum mereka melunasi biaya haji, seharusnya dipertimbangkan dengan serius,” tambahnya, sambil menekankan bahwa pemeriksaan ini tidak bertujuan menghambat orang dalam menjalankan ibadah, melainkan sebagai upaya untuk menjaga kesehatan jemaah, yang merupakan bagian dari tujuan syariat (Maqashid Syariat).
Selain itu, Wisnu juga menyoroti pentingnya meningkatkan kualitas pelayanan terkait katering, transportasi, dan akomodasi bagi jamaah selama pelaksanaan ibadah haji.
Simak Juga : Hadiri HUT Partai Golkar ke-59, Prabowo: Kami Siap Berikan Segalanya untuk Bangsa dan Negara
Ia berharap tidak akan lagi muncul laporan tentang jamaah yang terlantar di Muzdalifah hingga harus tidur di luar tenda di Mina karena tenda yang tersedia tidak mencukupi.
Hal ini terutama penting mengingat kondisi cuaca di sana yang cukup ekstrim, sehingga berisiko jika jemaah terpapar secara langsung dalam rentang waktu yang lama.
“Kami berharap bahwa masalah teknis di lapangan dapat diatasi jauh sebelum pelaksanaan haji. Oleh karena itu, kami mendorong Kemenag untuk segera menyusun rencana kontinjensi yang komprehensif berdasarkan pengalaman sebelumnya, demi memberikan pelayanan haji yang lebih nyaman dan berkualitas bagi jemaah,” harap Wisnu.