BIMATA.ID, JAKARTA – Ketua Umum DPP Persaudaraan 98 Wahab Talaohu mengingatkan Hasto Kristiyanto Sekjen PDI Perjuangan dan Adian Napitupulu Anggota DPR RI PDI Perjuangan terkait inkonsistensi sikap politik keduanya dalam menanggapi isu politik dinasti pasca Prabowo-Gibran resmi berpasangan maju dalam Pilpres 2024.
“Kita melihat ada inkonsistensi sikap politik yang ditunjukan oleh pak Hasto dan bung Adian. Di mana ketika Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon Walikota Surakarta pada Pilkada 2020 yang diusung oleh PDI Perjuangan, mereka berdua saat itu ada di frontline sebagai superhero yang membela dan menepis isu dinasti tersebut”, terang Wahab Talaohu lewat keterangan persnya, Senin 06/11/23.
BACA JUGA: Aktifis 98 Eli Salomo: Isu Politik Dinasti Dihembuskan Pihak yang Anti Demokrasi
Wahab mencatat, Adian Napitupulu pada 23 juli 2020 lewat liputan tagar id pernah mengeluarkan pernyataan yang mendukung pencalonan Gibran. Adian berdalih bahwa Gibran maju sebagai petarung dan bukan jabatan yang diwariskan.
“Ini tarung bebas, tarungnya di rakyat. Tapi kalau jabatan yang diwariskan itu namanya dinasti, Kita uji aja, mampu nggak Gibran memenangkan hati dan pikiran rakyat sehingga membuat rakyat datang ke TPS untuk memilih dia.” kata Adian Napitupulu.
Pernyataan Adian lantas diperkuat oleh Hasto Kristiyanto Sekjen PDI Perjuangan dalam acara pembekalan Sekolah Partai untuk calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah yang dilakukan secara daring pada 24 juli 2020.
BACA JUGA: Hadiri HUT Partai Golkar ke-59, Prabowo: Kami Siap Berikan Segalanya untuk Bangsa dan Negara
“Isu itu tidak berdasar. Karena masyarakat yang akan menentukan keterpilihan sosok berdasarkan kinerja, pengalaman dan kepemimpinannya. Masyarakat pada akhirnya melihat rasional. Di dalam era demokrasi di mana pelaksanaan pemilu adalah secara langsung, proses Pendidikan politik rakyat berjalan cepat, dampaknya proses demokrasi meningkatkan rasionalitas publik”. Terang Hasto.
Wahab secara prinsip sepakat dengan pandangan kedua tokoh PDI Perjuangan di atas, karena tidak ada alasan mendasar majunya Gibran dipandang sebagai politik dinasti. “Secara prinsip kita sepakat dengan pak Hasto dan bung Adian. Sebab di era demokrasi rakyat sudah semakin rasional, dipilih langsung oleh rakyat, bukan jabatan yang diwariskan, dan yang lebih penting seperti kata bung Adian, mas Gibran sudah membuktikan mampu meyakinkan rakyat dan menang”. Sambungnya.
Wahab menyayangkan adanya perubahan sikap politik dari Hasto dan Adian yang kontradiktif dengan sikap sebelumnya pada Pilwakot Surakarta. Dari sebelumnya mendukung penuh kini berubah arah dengan membangun steriotipe politik dinasti yang disematkan kepada Jokowi dan Gibran.
BACA JUGA: Gus Miftah Soroti Rantai Persahabatan Jokowi dan Prabowo: Tidak Pernah Putus
“Inilah yang patut kita pertanyakan, kenapa tiba-tiba mereka berubah. Tentu karena Gibran kali ini maju di Pilpres sebagai cawapres Prabowo sehingga PDI Perjuangan melihat pasangan Prabowo-Gibran sebagai pasangan pemenang. Maka diserang dari segala sisi termasuk mengorkestrasi isu dinasti. Inilah sikap inkonsistensi dan paranoid dari PDI Perjuangan yang disajikan kepada publik”. tutup Wahab Talaohu.