Bimata

Netty Prasetiyani Aher Tekankan Pentingnya Akurasi Bantuan Pangan untuk Keluarga Risiko Stunting

BIMATA.ID, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher, menyerukan kepada pemerintah untuk meningkatkan ketelitian dalam memberikan bantuan pangan kepada Keluarga Risiko Stunting (KRS), guna menghindari terjadinya penyimpangan sasaran.

“Bantuan pangan yang diberikan kepada Keluarga Risiko Stunting (KRS) merupakan salah satu langkah untuk mempercepat penurunan angka stunting di titik awal. Oleh karena itu, perlu dipastikan bahwa bantuan tersebut sampai kepada penerima yang benar-benar membutuhkannya,” ujar Netty dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (17/11).

Baca Juga : Dapat Nomor Urut 2, PAN Optimis Menangkan Prabowo Gibran di Bumi Cendrawasih

Menurut Netty, melalui bantuan pangan ini diharapkan terjadi peningkatan gizi dalam keluarga, memastikan bahwa remaja calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu yang memiliki balita dalam keluarga mendapatkan kebutuhan gizinya terpenuhi.

“Bantuan pangan harus dikonsumsi oleh anggota keluarga, tidak boleh dijual, atau diterima oleh keluarga yang tidak membutuhkan,” tegasnya.

Berdasarkan Pemutakhiran Data Keluarga Indonesia tahun 2022, tercatat lebih dari 13,5 juta keluarga di Indonesia berisiko mengalami stunting.

“Dalam proses penyaluran bantuan, pemerintah sebaiknya melibatkan berbagai pihak untuk memastikan bahwa pangan tersebut benar-benar dikonsumsi oleh pihak yang tepat. Keterlibatan Pembina Pembantu Keluarga Berencana Desa (PPKBD), kader KB, dan tokoh masyarakat setempat sangat diperlukan,” jelas Netty.

Netty juga menyoroti perlunya fokus pemerintah pada penanganan stunting sejak dini.

“Program pencegahan stunting harus difokuskan pada calon pengantin, baik pria maupun wanita, dengan meningkatkan edukasi dan sosialisasi untuk menjaga kesehatan.” imbuhnya

Simak Juga : Gaet Pemilih Muda, Relawan Prabowo Gibran Tawarkan Politik yang Riang Gembira

Selain memberikan bantuan pangan berkualitas tinggi, Netty meminta pemerintah untuk memberikan perhatian khusus pada penanganan stunting di tahap awal.

“Program pencegahan stunting harus memusatkan perhatian pada calon pengantin perempuan dan laki-laki dengan intensifikasi edukasi dan sosialisasi. Penghulu dan penceramah pernikahan dapat terlibat dalam menyampaikan informasi tentang risiko stunting dan cara pencegahannya,” tambahnya.

Terakhir, Netty menekankan pentingnya memberikan solusi yang holistik bagi anak-anak yang sudah mengalami stunting.

“Memberikan bantuan pangan saja tidak cukup untuk mengatasi anak-anak yang sudah stunting. Diperlukan pemberian pangan olahan khusus medis (PKMK) dan pangan olahan untuk diet khusus (PDK) yang seharusnya disediakan dan didistribusikan oleh pemerintah melalui puskesmas,” pungkas Netty.

Exit mobile version