Fathan Subchi : Kenaikan Suku Bunga BI Tak Cukup Atasi Dampak Menguatnya Dolar
BIMATA.ID, Jakarta – Sejak awal Oktober 2023, harga dolar terus meningkat, mencapai rekor tertinggi sepanjang tahun 2023 dengan mencapai lebih dari Rp15.800. Sebagai upaya untuk mengatasi pelemahan nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika, Bank Indonesia telah meningkatkan Suku Bunga Acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis poin, meningkatkan dari 5,75 persen menjadi 6 persen pada pertengahan Oktober.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi, berpendapat bahwa kenaikan suku bunga acuan bukanlah satu-satunya solusi untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat nilai Rupiah. Menurutnya, pemerintah harus lebih waspada terhadap pelemahan nilai tukar Rupiah, meskipun Menteri Keuangan lebih cenderung menggambarkan penguatan Dolar Amerika daripada pelemahan Rupiah.
“Kemarin nilai tukar hampir mencapai Rp15.800. Situasi global saat ini tidak stabil, oleh karena itu pemerintah seharusnya lebih memperhatikan dampak pelemahan Rupiah ini. Meskipun Menteri Keuangan berbicara tentang penguatan Dolar daripada pelemahan Rupiah, sebenarnya itu hanya istilah semata,” kata Fathan Subchi melalui keterangannya, Senin (6/11).
Baca Juga : Pengamat: Berbagai Upaya Untuk Jegal Gibran Jadi Cawapres Prabowo
Fathan menekankan pentingnya mitigasi risiko yang nyata dalam masyarakat sebagai bentuk perlindungan sosial. Hal ini bertujuan untuk menghindari dampak negatif dari penguatan Dolar terhadap daya beli masyarakat. Meskipun Rupiah melemah, dia tetap optimis bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% pada akhir tahun ini masih dapat tercapai.
“Meskipun Bank Indonesia telah meningkatkan suku bunga menjadi 6 persen, saya percaya bahwa perlu adanya langkah-langkah konkret untuk mengelola risiko dan perlindungan sosial agar tidak memberikan dampak negatif pada daya beli masyarakat. Saya tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mencapai lebih dari 5%,” ujarnya.
Di tengah ketidakpastian global yang mempengaruhi fluktuasi nilai mata uang sepanjang tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II masih mencapai 5,03 persen (YoY).
Simak Juga : Solusi Prabowo soal Kemiskinan di Kalangan Nelayan: Kita Bagi Kapal dan Mesin
Bank Indonesia dalam Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2023 menyatakan keyakinan bahwa perekonomian Indonesia akan terus tumbuh dengan baik dan memiliki daya tahan terhadap dampak dari gejolak ekonomi global.
Pada triwulan III 2023, pertumbuhan ekonomi didukung oleh konsumsi swasta, terutama oleh generasi muda, serta peningkatan konsumsi di sektor jasa. Keyakinan konsumen juga tetap tinggi.
Meski begitu, pemerintah diingatkan untuk tetap waspada karena di triwulan IV kemungkinan muncul fenomena-fenomena yang berpotensi mempengaruhi perekonomian, seperti konflik Palestina-Israel, depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, dan penurunan dampak El Nino yang diprediksi akan mereda di awal tahun mendatang.