BIMATA.ID, Surabaya – Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, menipisnya stok cabai rawit karena faktor kondisi cuaca menjadi pemicu terjadinya kenaikan harga komoditas tersebut di kota setempat.
“Faktornya karena cuaca sehingga mempengaruhi kegagalan panen, dan ini juga belum waktunya produksi lagi,” kata Antiek, dikutip dari antaranews, Rabu (01/11/2023).
Jumlah ketersediaan cabai rawit mengalami penyusutan sehingga tak bisa memenuhi tingginya permintaan dari pasar.
Baca Juga : Prabowo Kenang Pernah Ditangani dr. H Sadjiman Semasa Taruna
Sekalipun tersedia, namun harga yang didapatkan juga sudah tergolong tinggi, kondisi di beberapa daerah penyuplai untuk Surabaya, seperti Kediri, Pasuruan, Malang, dan Madura.
“Langkah dari pemkot kemarin mencari dari daerah sumber penghasilnya dan ternyata harganya sudah mahal dari daerah asalnya,” ujarnya.
Kenaikan harga cabai rawit tak hanya terjadi di Kota Surabaya, namun di beberapa daerah lain juga mengalami kenaikan, diantaranya di Situbondo, Kediri, dan Jember.
“Kenaikan memang tidak di Surabaya saja,” pungkasnya.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan masih melakukan kalkulasi harga terendah dan tertinggi, sekaligus menghitung ketersediaan cabai rawit di kota setempat bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TIPD) setempat, pada Senin (30/10).
Diketahui, harga cabai rawit di Kota Surabaya rata-rata berada di angka Rp.65.000 per kilogram hingga Rp70.000 ribu per kilogram. Hal itu nampak di dua lokasi pasar, yakni Pasar Gresikan dan Tambahrejo.