BIMATA.ID, Jakarta – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Fadli Zon menggarisbawahi peranan air yang sangat vital dalam kehidupan manusia dan kelangsungan produksi pangan. Dia menekankan bahwa krisis air bersih bukan hanya menjadi ancaman bagi Indonesia, tetapi juga dunia secara keseluruhan. PBB bahkan telah memproyeksikan krisis air akan menjadi isu global pada tahun 2025 mendatang. Pernyataan ini disampaikannya dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 16 Oktober.
“Kekurangan air adalah konsekuensi nyata dari perubahan iklim, pertumbuhan populasi yang terus meningkat, dan aktivitas manusia. Jika sebelumnya isu perubahan iklim sering dianggap abstrak, krisis air adalah pukulan keras yang harus kita hadapi,” kata Fadli dalam pernyataannya kepada media, Selasa (17/10).
Baca Juga : Ulang Tahun Prabowo, Anies Doakan Selalu Sehat
Politisi dari Fraksi Partai Gerindra ini memperkirakan bahwa pada tahun 2030, kebutuhan global akan air tawar akan meningkat hingga 40 persen lebih tinggi daripada saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Fadli menekankan perlunya responsivitas, termasuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya masalah ketahanan air.
“Jadi, peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini menghadapi dua isu krusial yang berkaitan, yakni ketahanan pangan dan ketahanan air. Ini menggambarkan bahwa isu pangan dan air adalah dua sisi dari satu koin yang tak bisa dipisahkan,” kata Anggota Komisi I DPR RI ini.
Fadli juga menyoroti perlunya pemerintah merancang kebijakan berdasarkan pengetahuan, data, inovasi, dan kerja sama lintas sektor untuk mengatasi tantangan di bidang pangan dan air. Pemerintah juga harus segera mendidik petani tentang pentingnya pengelolaan dan penggunaan air secara efisien.
“Terlebih saat ini kita menghadapi fenomena El Nino, yang membuat musim kemarau menjadi lebih panjang dan kering dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini semakin meningkatkan ancaman terhadap ketahanan pangan di negara kita. Data yang saya miliki menunjukkan bahwa El Nino telah mengurangi produksi padi kita sebanyak 1-5 juta ton sejak 1990-2020,” jelas Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini.
Simak Juga : Kader Gerindra Purworejo Usul Gibran Jadi Cawapres Prabowo
Ketua Umum DPN HKTI ini menambahkan bahwa dampak perubahan iklim seperti El Nino ini bersifat global, sehingga penurunan produksi padi tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh negara-negara lain. Akibatnya, banyak negara yang sebelumnya menjadi produsen beras, kini telah membatasi bahkan melarang ekspor beras sama sekali. Hal ini tentu menjadi masalah serius bagi Indonesia, karena kita masih perlu mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Permasalahan-permasalahan ini tidak dapat diselesaikan hanya dengan kebijakan jangka pendek dari pemerintah. Diperlukan kebijakan strategis jangka panjang untuk menghadapi tantangan dalam bidang pangan dan air. Jika tidak, kita akan menghadapi krisis pangan dan air secara bersamaan,” pungkasnya.