BIMATA.ID, Solo – Anggota Bawaslu, Puadi, mengungkapkan keprihatinannya terkait dengan kompleksitas yang mungkin dihadapi dalam Pemilu 2024. Dalam Dialog Kebangsaan di Solo, Puadi menekankan pentingnya konsolidasi bersama para pemangku kepentingan.
Puadi mengidentifikasi beberapa faktor yang membuat Pemilu 2024 menjadi sebuah tantangan yang rumit. Pertama, penyelenggaraan Pileg, Pilpres, dan Pilkada akan dilakukan pada tahun yang sama, meskipun tanggal pemungutan suara berbeda.
Lebih lanjut, Puadi mengamati bahwa dari segi teknis, Pemilu memerlukan keterlibatan banyak petugas dan waktu penyelesaian tahapan yang cukup panjang. Terakhir, Puadi mencatat bahwa peraturan-peraturan terkait pemilu tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak pemilu sebelumnya.
“Secara historis, penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024 adalah agenda elektoral terbesar, paling rumit, dan paling kompleks sepanjang sejarah Pemilu di Indonesia,” ujar Puadi dalam acara dialog kebangsaan di Solo, (17/10).
Baca Juga : Gus Ipang Wahid Beri Pesan Menyentuh untuk HUT Prabowo: Si Paling Gampang Tersentuh
Mengingat kompleksitas ini, Puadi menggarisbawahi beberapa potensi masalah yang perlu diatasi bersama. Dia menyoroti masalah seperti penyebaran hoaks, berita palsu, disinformasi, dan miskomunikasi dalam politik pasca-kebenaran.
Selain itu, Puadi juga mencermati politik identitas yang melibatkan isu agama, etnis, dan kesukuan dalam kampanye, yang berpotensi mengaburkan pemahaman pemilih.
Puadi menambahkan bahwa beberapa jenis politik yang merugikan seperti politik permusuhan atau politik demagogi, seperti ujaran kebencian (hate speech) dan kampanye hitam, juga dapat terjadi dalam konteks Pemilu 2024.
“Ada dua jenis politik yang perlu diwaspadai, yaitu politik uang melalui pembelian suara yang mempengaruhi aparat pemerintah dalam mempengaruhi pilihan politik pemilih, dan politik intimidasi yang mengancam pemilih agar memilih calon tertentu,” jelasnya.
Simak Juga : Muzani : Pupuk Subsidi Murah Jadi Prioritas Kerja Prabowo Untuk Sejahterakan Petani di Jawa Tengah
Sebagai langkah awal menghadapi kompleksitas ini, Puadi mengajak semua pihak untuk saling menghormati, menjaga kepercayaan, dan mengutamakan kepentingan bangsa. Menurutnya, Pemilu seharusnya menjadi momen untuk memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat, bukan memecah belah.
“Oleh karena itu, partisipasi aktif dari semua pihak sangat diperlukan dalam membangun budaya pemilu yang harmonis dan damai, serta menjaga keberlangsungan demokrasi di Indonesia, termasuk di kalangan pemilih yang berada di luar negeri,” harap Puadi.