BIMATA.ID, Jakarta – Komisi VIII DPR RI telah menilai bahwa tahun politik menjadi sangat penting, karena dapat memicu perdebatan di antara pendukung calon presiden yang bersaing dalam Pilpres 2024 yang akan datang. Menyambut momen Hari Santri Nasional yang diperingati pada tanggal 22 Oktober, Komisi VIII DPR mengajak para santri untuk menjadi agen perdamaian di tengah situasi politik yang penuh tantangan.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily, menyatakan, “Saya mengajak para santri untuk menjadi agen perdamaian di Pilpres 2024, sejalan dengan ikrar santri yang dibacakan dalam peringatan Hari Santri Nasional kemarin di Surabaya.” kata Ace kepada media, menekankan kesediaan santri untuk berjuang demi tanah air, persatuan nasional, dan perdamaian dunia Selasa (24/10).
Baca Juga : Layanan Kemanusiaa DPP Gerindra Gelar Pengobatan Gratis dan Syukuran HUT Prabowo
Ace menyoroti tema peringatan Hari Santri Nasional 2024, yaitu ‘Jihad Santri Jayakan Negeri’. Tema ini mencerminkan semangat dan dedikasi santri sebagai pahlawan pendidikan dan perjuangan melawan kebodohan.
Menurut Ace, jihad dalam era sekarang tidak lagi hanya berkaitan dengan medan perang demi agama. Dalam konteks saat ini, jihad dapat diartikan sebagai usaha untuk menjadi penengah ketika terjadi konflik dan perpecahan dalam masyarakat, terutama di tengah situasi politik yang tegang.
“Santri diharapkan dapat menyebarkan semangat perdamaian, toleransi, dan moderasi beragama. Mereka juga dilatih untuk memiliki pemahaman agama yang mendalam, etika, serta nilai-nilai kejujuran dan kebijaksanaan,” ungkap Ace.
Ace juga menekankan peran santri sebagai pelopor dalam mempromosikan politik berkebangsaan. Tujuannya adalah untuk menjaga kedaulatan negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Santri seharusnya mampu mengajarkan politik berkebangsaan kepada masyarakat, semangat patriotisme mereka dapat menjadi motivasi bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih baik,” tambahnya.
Meskipun setiap individu memiliki hak untuk mendukung calon pemimpin yang mereka yakini, santri diingatkan untuk selalu menekankan nilai toleransi dan menghindari perpecahan akibat perbedaan pandangan politik.
Ace menegaskan, “Para santri yang memiliki hak suara boleh memilih calon pemimpin yang mereka dukung, namun mereka harus menghindari campur tangan politik praktis dalam dunia pendidikan di pesantren maupun dalam masyarakat.”
Ace juga menyoroti pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan berpegang pada nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama`ah sebagaimana ditekankan dalam ikrar santri.
Terlepas dari pesantren yang diizinkan menjadi lokasi kampanye menjelang Pemilu 2024, Ace menekankan perlunya menjaga netralitas institusi pendidikan dari politik praktis.
Komisi VIII DPR RI mengakui bahwa pemahaman tentang dunia politik diperlukan dalam lingkungan pendidikan, namun ini tidak boleh bermuara dalam politik praktis seperti kampanye.
Ace menekankan, “Kampanye politik tidak boleh mengganggu ketenangan santri dalam proses belajar mereka dan juga harus menjaga netralitas lingkungan pendidikan.”
Simak Juga : Perkuat Konsolidasi Partai, Prabowo Hadiri Rapimnas Gerindra di Dharmawangsa
Ace mengingatkan bahwa santri telah memainkan peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, dengan banyak tokoh perjuangan yang berlatar belakang sebagai santri. Santri diingatkan untuk berkontribusi dengan menyebarkan ilmu demi kebaikan bersama dan kelangsungan negara.
Akhirnya, Ace berharap bahwa pendidikan di pesantren akan menjawab tantangan dalam memajukan negara. Santri memiliki potensi untuk menjadi pelopor kemajuan yang akan membantu Indonesia menjadi negara maju.
“Saya berharap santri terus berperan dalam pembangunan negeri karena mereka telah dididik menjadi individu yang menjaga marwah bangsa. Intinya adalah pendidikan. Dengan pendidikan yang berkualitas, negara kita dapat berkembang dengan baik,” pungkas Ace.