BIMATA.ID, Jakarta- Prabowo Subianto akan tercatat sebagai presiden Indonesia tertua saat menjabat jika memenangkan kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 2024.
Prabowo Subianto yang lahir 17 Oktober 1951 akan berusia 73 tahun saat dia dilantik menjadi presiden. Menurut kalender pilpres 2024 yang ditetapkan KPU, pelantikan atau pengucapan sumpah/janji presiden dan wakil presiden akan dilangsungkan pada 20 Oktober 2024.
BACA JUGA: Dukung Prabowo, Gerakan Muda Nurani Rakyat Deklarasi Dari Dasar Laut
Usia Prabowo Subianto saat menjadi presiden jauh lebih tua dibandingkan pendahulunya yang sebagian besar berada di kepala 50-an.
Presiden Indonesia pertama Sukarno mulai menjabat sebagai kepala negara pada 18 Agustus 1945 di usia 44 tahun. Sukarno lahir 6 Juni 1901.
Selanjutnya, Soeharto yang menjalani delapan kali masa kepresidenan, dilantik untuk pertama kalinya sebagai presiden di usia 46 tahun. Soeharto pertama kali menjabat presiden pada 12 Maret 1967. Dia lahir 8 Juni 1921.
BACA JUGA: Bola Panas yang Ditinggalkan Cak Imin di Koalisi Prabowo
Berikutnya, Bacharuddin Jusuf Habibie dilantik sebagai presiden pada 21 Mei 1998 atau di usia 62 tahun. Teknokrat jenius ini lahir pada 25 Juni 1936.
Presiden Indonesia ketiga Abdurahman Wahid atau Gus Dur dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober 1999 di usia 59 tahun. Gus Dur lahir pada 7 September 1940.
Presiden Indonesia kelima yang juga merupakan wanita pertama, Megawati Soekarnoputri, mulai menjabat presiden pada 23 Juli 2001. Saat itu usianya 54 tahun. Megawati lahir pada 23 Januari 1947.
Presiden Indonesia selanjutnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dilantik pada 20 Oktober 2004. SBY yang menjalani dua masa kepresidenan, pertama kali didapuk sebagai orang nomor satu di Indonesia di usia 55 tahun. SBY lahir pada 9 September 1949.
BACA JUGA: Prabowo Akan Bertemu Yenny Wahid Sore Ini
Terakhir adalah Joko Widodo. Jokowi yang juga menjalani dua masa kepresidenan seperti SBY, dilantik pertama kali pada 20 Oktober 2014 di usia 53 tahun. Anak tukang kayu ini lahir pada 21 Juni 1961.
Prabowo Subianto telah mengikuti kontes pilpres dua kali dan dalam kedua kesempatan tersebut ia tidak berhasil memenangkan jabatan tersebut.
Pertama, pada pilpres 2014, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa dan membentuk koalisi yang disebut sebagai Koalisi Merah Putih (KMP). Koalisi ini mendapat dukungan dari berbagai partai, termasuk Golkar, Gerindra, PAN, PKS, PPP, PBB, Demokrat, dan Partai Aceh.
Di pihak lain, Joko Widodo dan Jusuf Kalla membentuk Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang mendapat dukungan dari PDIP, PKB, Hanura, NasDem, dan PKP.
Kedua, dalam pilpres 2019, Prabowo berpasangan dengan politikus muda, Sandiaga Uno, dan membentuk koalisi yang disebut Koalisi Indonesia Adil Makmur. Mereka mendapat dukungan dari Gerindra, Demokrat, PAN, PKS, dan Berkarya.
BACA JUGA: Dukung Prabowo, Juliyatmono: Capres Selanjutnya Tak Jauh dari Gunung Lawu
Jokowi, sebagai petahana, kali ini berpasangan dengan seorang ulama senior, Ma’ruf Amin, dan membentuk Koalisi Indonesia Kerja dengan dukungan sejumlah partai besar seperti PDIP, Golkar, PKB, NasDem, PPP, Hanura, PKP, Perindo, PSI, dan PBB.
Namun, Prabowo dan Sandiaga kembali mengalami kekalahan dengan perolehan suara sebanyak 44,5 persen, sedangkan Jokowi-Amin memenangkan pilpres dengan 55,5 persen suara.
Pilpres 2024 kemungkinan akan menjadi kesempatan terakhir bagi Prabowo Subianto untuk mencalonkan diri, mengingat usianya yang sudah mencapai 71 tahun.
Untuk pemilihan kali ini, Prabowo telah mendeklarasikan koalisi yang diberi nama Koalisi Indonesia Maju (KIM), yang didukung oleh Gerindra, Golkar, PAN, dan PBB.
BACA JUGA: Pengamat: Erick Thohir Jadi Penutup Kelemahan Prabowo di Pilpres 2024
Namun, PKB kemudian memutuskan untuk meninggalkan KIM dan bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) dengan mengusung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden dan wakil presiden.
Meskipun demikian, Prabowo belum mengumumkan siapa yang akan menjadi pendampingnya, walaupun nama Erick Thohir telah muncul dalam berbagai survei sebagai sosok yang potensial untuk menjadi cawapres Prabowo.