BIMATA.ID, JAKARTA – Peneliti Polling Institute Kennedy Muslim menilai Menteri BUMN Erick Thohir menjadi kandidat paling potensial bersanding dengan Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden.
Hal itu disampaikan Kennedy saat memaparkan hasil survei bertajuk ‘Peta Persaingan Capres-Cawapres dan Isu-Isu Terkini’ secara virtual, Minggu (10/9).
BACA JUGA: Tak Masalah Bila Tidak Dipilih Jadi Bakal Cawapres Prabowo, Yusril: Saya Tetap Istikamah
Temuan ini diperoleh Polling Institute usai melakukan survei dalam rentang 21-25 Agustus 2023. Survei melalui sambungan telepon tersebut menempatkan 1.201 responden, dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Menurutnya, dalam simulasi berbagai nama, duet Prabowo-Erick menuai banyak dukungan.
“Temuan kami, Erick Thohir menjadi kandidat paling potensial untuk mendongkrak suara Prabowo di Pilpres 2024,” kata Kennedy.
Kennedy menjelaskan hasil survei menyebut yang paling potensial memenangkan Pilpres 2024 adalah pasangan duet Prabowo-Erick.
BACA JUGA: Ridwan Kamil Tiba-Tiba Mendekat ke Prabowo Subianto?
Pada simulasi tiga pasangan, misalnya, duet Prabowo-Erick memperoleh dukungan sebesar 38,5 persen.
“Di posisi kedua ada Ganjar Pranowo-Sandiaga Uno dengan 32,5 persen. Di posisi kunci ada Anies Baswedan-AHY dengan 18,8 persen. Kenapa muncul AHY, karena survei dilakukan sebelum deklarasi Anies-Muhaimin,” kata Kennedy.
Menurut Kennedy, duet Prabowo-Erick juga mengungguli simulasi lain ketika Ganjar dipasangkan dengan Ridwan Kamil. Dalam simulasi ini, Prabowo-Erick mendapatkan dukungan sebesar 34,7 persen sementara Ganjar-Ridwan Kamil 34,2 persen.
“Pada simulasi yang sama, penduetan Anies-AHY juga belum mampu mendongkrak dukungan. Pasangan ini hanya memperoleh dukungan 18,5 persen,” ungkap Kennedy.
Peneliti politik Indonesia Havard University Seth Soderborg pada kesempatan yang sama menyampaikan Erick memberikan efek positif terhadap Prabowo pada pilpres lantaran lebih kompetitif.
BACA JUGA: Survei Polling Institute: Prabowo Unggul di Gen Z dan Milenial, Ganjar Cenderung di Orang Tua
“Jadi, (elektabilitas Prabowo, red) lebih kuat kalau ada Erick. Erick lebih kompetitif dibanding Gibran pada data survei sekarang,” terangnya.
Gibran adalah Wali Kota Surakarta yang juga putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Seth melanjutkan pemilihan Gibran sebagai cawapres Prabowo memiliki dua efek, negatif dan positif. Efek negatif bisa terlihat langsung dalam survei.
“Efek negatif itu adalah biasanya dalam survei Gibran sebagai cawapres kurang populer, banyak pemilih yang tidak suka. Jadi, itu efek negatifnya dan itu bisa dilihat dari survei ini,” tuturnya.
BACA JUGA: Bahlil: Prabowo Paling Sering Bicara Soal Hilirisasi Dibanding Capres Lain
“Efek positif itu dari Presiden karena endorsement Presiden Jokowi bisa membantu dalam waktu panjang. Masalahnya, waktu panjang itu tidak bisa dilihat dalam survei,” sambung Seth.
Seth pun mengingatkan bahwa cawapres memiliki efek besar di tengah ketatnya persaingan antara Ganjar versus Prabowo. Ini akan terlihat dalam kampanye mendatang.
“Wapres punya efek besar itu dalam penyelenggaran kampanye dan membawa ormas kampanye. Efeknya tidak bisa dilihat dalam satu survei saja, tapi efeknya dapat dilihat setelah masuk poros. mereka bisa membantu penyelenggaraan kampanye,” pungkas Seth.
BACA JUGA: Konsolidasi Caleg Jabar, Sekjen Gerindra Minta Jangan Bertindak Negatif yang Bisa Rugikan Prabowo