BIMATA.ID, Jakarta – Pakar politik Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya Fahrul Muzaqqi menilai, pembahasan soal kandidat calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo Subianto bakal rumit.
Menurut dirinya, tiap partai yang sudah menyatakan dukungannya untuk Ketua Umum Partai Gerindra mencalonkan diri di Pilpres 2024 itu bakal mengajukan nama.
Fahrul menjelaskan, ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan Gerindra dan Prabowo untuk memilih bakal Cawapres.
Pertama, bakal Cawapres Prabowo nanti harus sudah teruji dan berpengalaman di pemerintahan dalam membuat kebijakan.
Kedua, sosok Cawapres Prabowo juga harus bisa memberi daya dongkrak untuk memenangkan Pilpres 2024.
Fahrul menjelaskan, dengan adanya tiga partai besar yang mendukungnya, Prabowo bisa lebih mudah mendapatkan bakal Cawapres untuk memperbesar peluang memenangkan Pilpres.
Artinya, ada syarat ketiga yang harus bisa dipenuhi untuk bakal Cawapres Prabowo, yakni Parpol pengusung dengan basis massa yang solid, dosen ilmu politik ini memprediksi, dari tiga kriteria itu, Prabowo bakal lebih memiliki peluang besar menang jika menggandeng Cawapres dari Partai Golkar.
“Golkar jadi partai dengan jumlah kursi terbanyak dan memiliki mesin yang sudah teruji menghadapi setiap pemilu di Indonesia. Peluang untuk menang bagi Prabowo terbuka lebar,” tutur Fahrul Muzaqqi.
Fahrul menilai, jika Prabowo memilih Cawapres dari selain Golkar, ada potensi akar rumput dan pengurus daerah tidak kompak atau setengah hati memenangkan pasangan calon yang diusungnya.
“Akar rumputnya, pengurus daerah, berpotensi tak kompak dalam memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto jika pendamping Capresnya bukan dari kader Golkar. Beban psikologis kader akan lemah dalam memberikan dukungan jika bukan dari unsur Golkar,” tegasnya.
Simak Juga : Rajawali 08 Deklarasi Dukung Prabowo, Haris Rusly Moti: Tondo-Tondo Alam Mengarahkan Ke Pak Prabowo!
Menurutnya, hal itu harus dipikirkan Prabowo dan Gerindra jika ingin memenangkan Pilpres 2024.
Sebab, Prabowo dipastikan tidak ingin kalah lagi setelah tiga kali kalah dalam kontestasi pilpres di Indonesia.