BIMATA.ID, Jakarta – Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan, penguatan rupiah diiringi indeks saham Asia yang bergerak naik dan nilai tukar regional menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
“Sentimen pagi ini mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini. Indeks saham Asia terlihat bergerak naik dan nilai tukar regional menguat terhadap dolar AS di pagi ini. Sebelumnya, indeks saham AS dan Eropa ditutup menguat,” kata Ariston, dikutip dari antaranews, Selasa (29/08/2023).
Lebih lanjut, pelaku pasar disebut sedang optimis dengan aset berisiko hari ini.
Baca Juga : Beri Sambutan di HUT ke-25 PAN, Prabowo Berikan Pantun Cikini ke Gondangdia
Yield obligasi pemerintah AS yang sedang menurun juga memicu pelaku pasar untuk mengambil posisi di luar dollar AS.
“Pernyataan Powell (Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell) soal ekonomi AS yang bertumbuh mungkin memicu pelaku pasar masuk ke aset berisiko,” ujarnya.
Di sisi lain, pasar masih mewaspadai perlambatan ekonomi yang sedang terjadi di China, perlambatan ekonomi China terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang berkontraksi, penurunan ekspor dan impor, dan terjadi deflasi yang berarti permintaan (demand) menurun.
Selain itu, pasar turut mewaspadai perubahan kebijakan suku bunga tinggi AS yang berkaitan erat dengan data ekonomi AS terbaru. The Fed dinyatakan masih membuka peluang suku bunga AS naik dengan pertimbangan dari data-data terbaru AS, seperti data inflasi dan data tenaga kerja.
“Potensi penguatan (rupiah) ke arah Rp15.230-15.250, dengan resisten di kisaran Rp.15.330,” ungkapnya.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat 0,10 persen atau 16 poin menjadi Rp15.276 per dolar AS dari sebelumnya Rp.15.292 per dolar AS.
Simak Juga : Prabowo Ungkap Kesan Soal Zulhas dan Airlangga di Kabinet