BIMATA.ID, Jabar- Dedi Mulyadi sangat berpotensi menjadi magnet publik yang bisa mendongkrak elektabilitas Partai Gerindra di Jawa Barat pasca hijrah dari Golkar ke Gerindra.
Selain karena berbekal suara tertinggi di Jabar yaitu 206.291 suara, Dedi Mulyadi juga gencar turun ke bawah mensosialisasikan baik Partai Gerindra maupun capres Prabowo Subianto.
BACA JUGA: Prabowo Saksikan Penandatanganan Pembelian 24 Helikopter Sikorsky S-70M Black Hawk Baru di AS
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah , dalam rilisnya, Selasa (22/8).
Toto menanggapi sejumlah manuver bupati Purwakarta dua periode itu yang rajin berkeliling Jawa Barat menyapa rakyat setelah resmi pindah ke Gerindra.
Menurut Toto, “PR” besar Dedi Mulyadi sekarang ini bagaimana mengonversi suara 200 ribu lebih yang memilihnya pada pemilu legislatif 2019 itu sekarang menjadi suara Gerindra.
Termasuk, mengubah suara sebanyak itu menjadi suara yang memilih capres pilihannya, yakni Prabowo Subianto.
BACA JUGA: Gerindra Tuding Ada yang Ingin Jegal Prabowo di Pilpres 2024
“Buat Kang Dedi, harusnya tidak susah. Kenapa? Karena kecenderungan pemilih dia selama ini masuk dalam kategori strong supporter. Tinggal bagaimana mempercepat pengenalan ke sebanyak-banyaknya publik yang memilihnya bahwa Kang Dedi sudah pindah ke Gerindra,” katanya.
Karena itulah, lanjut peneliti senior LSI Denny JA ini, Dedi Mulyadi gencar melakukan aneka program menyapa rakyat, salah satunya dengan kemasan seni dan budaya, untuk sekaligus mensosialisasikan ‘rumah baru politik” nya, yakni Gerindra.
Dan sejauh ini, Dedi tak lagi sungkan, bahkan vulgar menyebut dirinya caleg Gerindra dengan capres pilihannya, Prabowo.
“Di beberapa kesempatan bikin kegiatan, Kang Dedi Mulyadi tak pernah ragu menyatakan dirinya sekarang Gerindra dan capresnya Prabowo. Pernyataan tegas ini penting dan strategis buat mengonversi suara pemilihnya menjadi suara partai dan suara yang memilih Prabowo. Sebab, tanpa melakukan itu, keberadaan Dedi tak akan memberi efek elektoral buat partai,” kata Toto.
BACA JUGA: Prabowo Berbagi Kisah Saat Jokowi Menamai Kendaraan Taktis ‘Maung’
Dalam kaitan inilah, Toto membedakan Dedi Mulyadi dengan Ridwan Kamil (RK). Meski di sejumlah lembaga survei dalam tujuh bulan lalu masih unggul diatas Dedi, suara RK tak akan banyak memberi berkah elektoral kepada Golkar.
Dan masih menurut survei, publik belum banyak yang tahu kalau RK sudah resmi sebagai kader Golkar.
Dalam analisis Toto, hal itu terjadi karena RK dalam pengamatannya belum segencar Dedi dalam mensosialisasikan dirinya sebagai kader Golkar.
Sehingga, suara pemilih RK yang cukup besar itu belum bisa dikonversi menjadi suara partai.
BACA JUGA: Prabowo Berbagi Kisah Saat Jokowi Menamai Kendaraan Taktis ‘Maung’
Padahal, dari minimal suara strong supporternya yang kurang lebih 20 persen, sangat potensial ikut pilihan politiknya RK, baik partai maupun capresnya.
“Saya tak tahu pertimbangannya, kenapa RK belum melakukan sosialisasi yang massif soal posisi politiknya saat ini yang sudah menjadi kader Golkar. Itu penting dilakukan jika RK ingin memberi insentif elektoral kepada Golkar. Termasuk, insentif elektoral buat capresnya,” kata Toto.