BIMATA.ID, Jakarta – Pemerintah berupaya mempercepat penetapan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) untuk persiapan dan peningkatan layanan penyelenggaraan haji tahun 2024 setelah pemerintah Arab Saudi mengumumkan adanya perubahan kebijakan penentuan lokasi maktab di Arafah dan Mina (masyair).
Inspektur Jenderal Kemenag Faisal Ali mengatakan, perubahan kebijakan tersebut, yakni bagi negara yang lunas terlebih dahulu akan mendapatkan prioritas tempat strategis.
“Salah satu tantangan kita ke depan adalah bagaimana mempersiapkan haji menjadi lebih baik dari saat ini, bagaimana mengakselerasi semua proses-proses setelah puncak haji,” kata Faisal Ali, dikutip dari detiknews, Rabu (05/07/2027).
Baca Juga : Pengamat: Diamnya Jokowi Untungkan Prabowo, Rugikan Ganjar Pranowo
Faisal menjelaskan, siklus setelah pelaksanaan haji 2023 adalah penyampaian laporan keuangan kepada DPR dan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), baru selanjutnya dilakukan pembahasan BPIH 2024.
Lanjutnya, dia mengungkapkan, akselerasi yang dimaksud adalah penyusunan laporan keuangan haji 2023 dari sebelumnya 60 hari akan diperpendek menjadi 30 hari sehingga lebih mempercepat tahapan dalam persiapan.
“Laporan keuangan kalau menurut aturan itu 60 hari, nah kami akan akselerasi mungkin nggak kalau 30 hari, kemudian kami akan sampaikan ke DPR,” ungkapnya.
Kemenag akan mengupayakan percepatan laporan keuangan dan jika DPR menyetujui maka pembahasan BPIH tahun 2024 bisa lebih cepat. Dengan begitu, proses persiapan pelaksanaan haji, mulai pengadaan akomodasi, katering, hingga transportasi lebih terakselerasi.
“Sehingga nanti kita bisa memperbaiki layanan di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina),” tambahnya.
Simak Juga : Survei 3 Capres Poligov: Elektabilitas Prabowo Tinggalkan Ganjar dan Anies
Mengenai akomodasi, Faisal menerangkan, sudah ada penilaian dan evaluasi yang akan menjadi dasar untuk penyelenggaraan haji 2024. “Hasil penilaian di lapangan, kami sudah bisa tetapkan sejumlah hotel yang bagus dan layak untuk dilanjutkan kerja samanya,” tuturnya.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, perubahan kebijakan mengenai masyair merupakan sebuah tantangan yang harus dijawab.
“Pemerintah Saudi melalui Kementerian Haji menyampaikan siapa yang menyelesaikan proses administrasi lebih dulu, dia yang akan pilih posisi maktab (di Mina dan Arafah). Nah, ini juga menjadi challenge bagi Kemenag,” kata Gus Men, sapaan akrab Menag.
Dia menambahkan bahwa negara yang menyelesaikan administrasi seluruh kontrak lebih awal akan memiliki hak untuk memilih posisi maktab terdekat.
Lihat Juga : Survei Poligov: Head to Head Elektabilitas Prabowo Unggul Kalahkan Anies