Bimata

Bhayangkari Sulbar Kampanye Kebudayaan, Kenalkan Kebaya Nusantara dan Baju Adat Sulbar

BIMATA ID MAMUJU Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan & keindahan Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari Intangible Cultural Heritage atau warisan Budaya takbenda oleh UNESCO, bahkan menyebut sebagai Negara Super Power Budaya proses pengenalan budaya khas Indonesia ke masyarakat dunia sudah berlangsung sejak dulu kala.

Selain manifestasi budaya, Indonesia juga memiliki kekayaan salah satunya adalah kebaya & baju adat.

Terkait hal tersebut, Ketua Daerah Bhayangkari Sulawesi Barat Ny Miranti Adang Ginanjar dalam rangka HKGB ke 71 melakukan pelestarian kebaya melalui sosialisasi kebaya untuk memperkuat Program pelestarian Berbudaya berkebaya dengan segala kearifan lokal nya karena sejak jaman dahulu kebaya sebagai busana sehari hari dalam bentuk kegiatan pengenalan Ragam Kebaya Nusantara dan Baju Adat Sulawesi Barat yang diselenggarakan di Aula Maranu Polda Sulawesi Barat, Kamis (27/7/23)

Dalam kesempatan ini, dengan bangga Ny Miranti Adang juga mengenakan Baju Adat Mandar.

Peragaan Kebaya Nusantara dan baju adat juga diperagakan oleh Pengurus Daerah Bhayangkari Sulawesi Barat, antara lain Kebaya Noni, Kebaya Kutu Baru, Kebaya Janggan, Kebaya Encim, Kebaya Songket panjang, Kebaya Laboh, Kebaya Panjang, dan Kebaya Kartini.

Tak hanya Kebaya Nusantara, Ketua Bhayangkari Daerah Sulawesi Barat juga memperkenalkan Baju Adat Sulbar antara lain Baju adat Mamasa dan Baju Adat Kalumpang

Hal ini adalah salah satu bentuk dukungan ke pemerintah Indonesia dalam usaha mengusung busana kebaya menjadi warisan budaya yang saat ini dalam proses pencatatan di UNESCO dengan nomor urut pencatatan 2090 yang akan diajukan pada tahun 2024.

Ketua Bhayangkari Daerah Sulawesi Barat Ny Miranti Adang Ginanjar (Foto:ist)

“Semoga kita semua bisa terus berkreasi dan melestarikan warisan kebudayaan Nusantara terutama kebaya sebagai upaya Safe guarding. Terus berinovasi agar dapat berkontribusi mencerdaskan kehidupan Bangsa melalui kebudayaan,” jelas Ny Miranti Adang.

(W2)

Exit mobile version