BIMATA.ID, Jakarta- Pemerintah berencana untuk menambah impor beras sebanyak satu juta ton. Rencana tersebut diketahui telah dijajaki dengan produsen beras asal India sebagai cadangan stok untuk antisipasi penurunan produksi akibat badai El Nino.
Adapun rencana importasi itu di luar dari penugasan Badan Pangan Nasional (NFA) yang sebelumnya memerintahkan Bulog untuk mengimpor dua juta ton beras di tahun ini. Bila rencana tambahan itu jadi, maka total beras impor yang masuk bisa mencapai tiga juta ton.
“Ini akan jadi rekor, paling tinggi kita impor kan sebelumnya 2,7 juta ton. Sebagai antisipasi ya sah-sah saja, tapi dengan kekhawatiran El Nino itu apakah harus satu juta ton? Ini jadi pertanyaan krusial,” kata Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah, Selasa (20/06/2023).
Ia menegaskan, saat ini petani tengah memasuki musim tanam kedua dan akan melakukan panen raya gadu mulai Juli mendatang. Rencana tambahan impor pemerintah, harus berdasarkan kalkulasi yang matang dengan memperhitungkan jumlah yang kemungkinan akan gagal panen akibat kekeringan.
volume cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog dan proyeksi kebutuhan nasional juga masuk dalam pertimbangan. “Jadi, apakah keputusan impor ini sesuatu yang mendesak diputusakan? Kenapa juga keputusan ini tidak dibuat bulan depan ketika prediksi pertanaman padi sudah mulai terukur lebih kuat?” ujar dia.
BACA JUGA: Usai Laga Timnas, Jokowi Bilang Cerah Ke Prabowo, Ada Apa?
Said pun mengingatkan, harga gabah saat musim panen kedua biasanya akan lebih tinggi dibandingkan musim panen pertama. Pasalnya, volume produksi akan lebih kecil karena musim kering namun kualitas lebih baik karena lebih sedikit terkena hujan.
Bila impor tambahan masuk di saat musim panen kedua di mana petani mengambil keungungan lebih tinggi, secara tak langsung petani dikorbankan.
Sekretaris Aliansi Petani Indonesia, Nuruddin, menambahkan, tambahan impor beras satu juta ton hampir pasti bakal memberikan dampak negatif bagi petani. Terlebih mereka yang sudah menantikan mengambil keuntunggan lebih besar di musim panen kedua.
BACA JUGA: Prabowo dan Gibran Terlihat Akrab di Tengah Pertandingan Timnas Indonesia
“(Kalau terealisasi) otomatis ini akan menganggu harga di tingkat petani. Ini menandakan pemerintah pun tidak bisa memastikan produksi di musim kedua dan produktivitas bisa dikatakan menurun,” ujarnya.