BIMATA.ID, Jakarta – Direktur Eksekutif Nurjaman Center Indonesia Demokrasi (NCID), Jajat Nurjaman mengatakan, penjajakan koalisi yang dilakukan oleh para elite partai politik (Parpol) semata-mata hanya untuk memperkuat posisi politik.
Mengingat, hingga saat ini kandidat calon presiden (Capres) masih di dominasi oleh tiga nama. Yakni Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto; Gubernur Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo; dan Anies Baswedan.
Baca juga: PKB Minta Cawapres Prabowo Diumumkan Akhir Mei, Gerindra: Sing Sabar
“Terkait dengan diplomasi politik di antara para ketua umum (Ketum) Parpol ini merupakan hal yang lumrah terjadi, termasuk dengan rencana pertemuan Ketum Gerindra, Pak Prabowo dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Pak SBY,” kata Jajat, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (10/05/2023).
“Namun, apakah ini akan memberi dampak perubahan yang signifikan dalam peta politik ke depan atau tidak? Tentu saja bergantung kepada hasil pertemuan tersebut. Apalagi, Demokrat juga sebelumnya pernah menjadi bagian dari Parpol pengusung Pak Prabowo dalam Pilpres 2019,” imbuhnya.
Lihat juga: Demokrat Ungkap, SBY dan Prabowo Akan Bertemu
Lebih lanjut, Jajat menegaskan akan pentingnya menjaga komunikasi yang baik di antara para elite Parpol. Pasalnya, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk menjaga suasana politik tetap kondusif meksipun pada akhirnya harus ada perbedaan pilihan politik.
Kendati demikian, Jajat mengungkapkan, pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan umum presiden (Pilpres) 2024 diharapkan bisa lebih mengedepankan adu gagasan dan solusi tentang Indonesia di masa depan. Terlebih, dibandingkan hanya sibuk dengan urusan politik pencitraan semata.
Simak juga: Persembahkan Medali Emas di Kamboja, Mantan Aspri Prabowo, Apresiasi Prestasi Atlet Kun Bokator
“Peta koalisi Pilpres 2024 sejauh ini terlihat baru sebatas kesepakatan di antara Capres dan partai tertentu. Apalagi, belum adanya deklarasi bareng antara partai politik koalisi dengan Capres 2024 yang menandakan kemungkinan terjadi perubahan koalisi atau masuknya partai pendukung baru masih terbuka lebar,” ungkapnya.
“Saya kira, apapun itu diplomasi di antara para elite parpol ini akan sangat menentukan arah politik ke depan. Apakah Pak SBY akan kembali satu barisan dengan Pak Prabowo atau sebaliknya, yang jelas tentu saja itu merupakan pilihan bergantung kepada kesepakatan politik di antara keduanya,” tutup Jajat.
[MBN]