BeritaEkonomiEnergiNasionalPeristiwaUmum

Pemerintah Akui Belum Bisa Menurunkan Harga BBM Bersubsidi

BIMATA.ID, Jakarta- Pemerintah masih belum bisa menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya yang bersubsidi. Sebab, meski harga minyak mentah Indonesia atawa Indonesia Crude Price (ICP) turun, kondisi nilai tukar dan juga volume konsumsi BBM diperkirakan akan meleset dari perkiraan awal.

Berdasarkan data kementerian Keuangan (Kemenkeu) ICP secara ­ year to date (YtD) berada di level US$ 79,35 per barel, jauh di bawah asumsi makro tahun ini yang sebesar US$ 90 per barel. Sementara itu, nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp 15.109 YtD, terapresiasi 5,44% dibandingkan nilai tukar awal tahun 2023.

BACA JUGA: Tepati Janji, Prabowo Kirim Pesepak Bola Muda Ikuti Pendidikan di Aspire Academy

Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Wahyu Utomo mengatakan, pemerintah belum berencana untuk menurunkan harga BBM bersubsidi. Sebab, harga BBM bersubsidi tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika ICP, melainkan juga kondisi kurs rupiah, serta supply dan demand.

“Memang ICP trend menurun, namun nilai tukar akan diperkirakan terdepresiasi dan volume BBM di perkirakan akan berpotensi lebih tinggi,” kata Wahyu.

Mencermati kondisi tersebut, maka turunnya ICP tidak serta merta akan menurunkan harga BBM sebab masih dipengaruhi faktor lainnya yang saat ini masih volatile. Selain itu, Wahyu juga mengatakan, pihaknya masih akan memantau penurunan ICP, apakah memang bisa turun atau hanya bersifat musiman saja.

BACA JUGA: Prabowo Tepati Janji, Kirim Persib U-17 Belajar ke Aspire Academy Qatar

“Memang dalam perkiraan kami ICP akan lebih rendah US$ 90 per barel outlook-nya. Hanya saja ini bukan satu-satunya variabel yang mempengaruhi turunnya harga BBM,” jelasnya.

Selain itu, Wahyu juga mengatakan, volume konsumsi BBM subsidi akan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi yang mulai membaik.

BACA JUGA: Publik Anggap Prabowo Figur Ideal Penerus Jokowi

Menurutnya, harga BBM bersubsidi hanya akan turun jika level ICP menurun, volume konsumsi sesuai perkiraan alias tidak meningkat, dan posisi nilai tukar rupiah tidak terdepresiasi.

 

Tags

Related Articles

Bimata
Close