BIMATA.ID, Samarinda- Anggota Komisi III DPRD Samarinda Eko Elyasmoko meminta pemerintah tegas dalam menyikapi tarif angkutan udara atau tiket pesawat yang semakin mencekik konsumen di momentum yang tidak tepat.
“Saya baru mendapat info dari teman yang sekarang ini masih tertahan di Malang karena tiket susah dan harganya naik dua kali lipat lebih. Teman saya sekeluarga tiga orang baru bisa pulang Kamis besok dengan harga tiket 2 jutaan. Itu juga harus stay terus memantau supaya dapat tiket. Ada juga yang baru bisa pulang hari Jumat dari semestinya pulang Rabu, tapi tertunda jadi Jumat,” ucap Eko kepada Swara Kaltim, Rabu (10/05/2023).
BACA JUGA: Persembahkan Medali Emas di Kamboja, Mantan Aspri Prabowo, Apresiasi Prestasi Atlet Kun Bokator
Eko juga mengaku seminggu yang lalu seharusnya penerbangan dari Bandung ke Balikpapan karena tiket melonjak tinggi dan harus transit, jadi menunda kepulangan.
“Memang uang segitu hanya untuk tiket aja habisnya. Dalam waktu seminggu kemaren sungguh luar biasa harga tiket. kalau pun ada, transit yang sangat jauh waktu terbangnya,” keluh Eko.
Eko mengatakan saat sekarang pesawat bukan lagi kebutuhan transportasi untuk khalayak yang dulu mungkin hanya orang tertentu bisa naik pesawat, tapi sekarang menjadi konsumsi transportasi yang sangat primadona karena bisa memangkas waktu lebih cepat.
BACA JUGA: Anak Buah Prabowo Fasilitasi ODGJ di Kuningan untuk Berobat
“Tapi kalau harga tiket melonjak tinggi, kasian masyarakat,” tegas legislator asal Daerah Pemilihan Sungai Kunjang ini.
Eko merasa heran mengapa setiap demand tinggi atau penumpang banyak di momentum-momentum besar selalu saja harga tiket meroket.
“Kan lucu, permintaan banyak, harganya juga meroket. Contohnya seperti musim mudik lebaran, tahun baru dan acara-acara level nasional di suatu daerah seperti Apeksi, juga harga naik,” tegas politisi Partai Demokrat ini.
BACA JUGA: Prabowo Beri Selamat untuk Lettu Agus Prayogo yang Raih Emas di SEA Games 2023
Menurut Eko, pemerintah pusat harus bisa menyelesaikan persoalan yang berlarut-larut ini dan merugikan seluruh rakyat, apalagi sampai berimbas terhadap kenaikan produk yang pengirimannya menggunakan pesawat.
“Jadi harus ada kepastian harga. Misalnya harga tidak menentu, itu memberi ruang pada para maskapai memainkan harga sesukanya. Selama ini tidak ada dasar yang jelas terkait kenaikan harga tiket pesawat itu. Misalnya, sekarang cek tiket ke Surabaya harganya Rp 800 ribu, 4 jam berikutnya kemudian dicek naik lagi hingga melebihi Rp 1 juta. Apa indikator kenaikan harga naik ini?” cetus Eko.
Ini, lanjut Eko baru kasus naiknya harga jam-jaman, belum lagi kasus harga meroket di saat demand tinggi.
BACA JUGA: Survei SPIN Prabowo Unggul Elektabilitas 33,2%, Ganjar 17%, Anies 16,6%
Untuk itu Eko menegaskan pentingnya penetapan harga jika memang ada kenaikan dolar atau faktor lainnya yang menyebabkan harga tiket pesawat mahal, maka bisa disampaikan pada masyarakat ada perubahan harga tiket.
Ia menyarankan pemerintah dan maskapai untuk bersama-sama mencari solusi yang terbaik. Kemudian, pemerintah diminta tegas dalam penetapan harga tiket pesawat ini.
Sebelumnya, pada Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian dari 4,33% inflasi umum, ada tiga penyumbang inflasi signifikan di bulan yang lalu. Pertama yaitu, adanya andil tarif transportasi khususnya angkutan udara (tertinggi) dengan inflasi 11,96 naik 1,45%.
BACA JUGA: Prabowo Dipuji karena Ajak Masyarakat Tenang dan Hindari Adu Domba
“Pada saat jelang lebaran, dengan penumpang yang banyak, justru tarifnya makin naik, harusnya demand nya tinggi jangan diikuti dengan kenaikan yang tinggi juga, karena berpengaruh dengan sektor lainnya, seperti kargo udara yang juga naik, yang jika kargo naik, biaya transportasi dari satu tempat ke tempat lain juga akan tinggi,” ucap Tito.
“Sehingga pertanyaan Bapak Presiden, ini bagaimana agar bisa turun di bawah angka 4%? Saya jawab, sangat bisa. Pertama, melalui administered price (harga yang diatur pemerintah) semisal tiket, kargo udara, harus diatur pemerintah, bukan berdasarkan mekanisme pasar,” ujarnya.
Dikonfirmasi oleh Tito, penyebab tingginya tarif angkutan udara disebabkan oleh tingginya harga avtur, sehingga perlu kerjasama dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral agar tarif batas atas angkutan udara dapat diturunkan.
BACA JUGA: Tolak Politik Adu Domba, Prabowo Pilih Adu Gagasan dan Program
“Jika harga tiket dan kargo udara utamanya bisa diturunkan sepertiganya saja, maka inflasi akan bisa menjadi di bawah 4%. Transportasi udara menjadi kunci paling utama. Dan jika pemerintah pusat dapat menurunkan harga tiket udara, secara otomatis andil inflasi akan turun,” ujarnya.