BIMATA.ID, Jakarta- Seperti halnya masyarakat biasa, pemerintah pun juga harus meminjam dana ketika mereka membutuhkan lebih banyak uang daripada yang dimiliki. Terkadang mereka juga tidak bisa membayar utang karena suatu alasan. Salah satu contoh kasusnya adalah Amerika. Apa penyebab Amerika terancam gagal bayar utang? Dapatkan jawabannya di sini.
Pemerintah, dari negara manapun melakukan utang dengan menerbitkan obligasi, yang merupakan IOU yang berjanji untuk membayar kembali uang di masa depan dan melakukan pembayaran bunga secara teratur.
Khusus untuk utang Amerika Serikat, plafon utang yang ditetapkan Kongres seabad lalu, adalah jumlah maksimum yang dapat dipinjam pemerintah pada saat itu.
Baca juga : Survei Populi Center: Prabowo Tokoh Capres Paling Dipilih Publik
Dikutip dari media The Conversation, tercantumkan informasi bahwa utang pemerintah AS sebesar $ 31,38 triliun merupakan sekitar 22 persen lebih dari nilai semua barang dan jasa yang akan diproduksi dalam ekonomi AS tahun ini.
Sekitar seperempat dari uang ini sebenarnya pemerintah berutang sendiri. Administrasi Jaminan Sosial telah mengumpulkan surplus dan menginvestasikan uang ekstra, saat ini $ 2,8 triliun, dalam obligasi pemerintah dan Federal Reserve memegang $ 5,5 triliun di Treasury AS. Sisanya adalah utang publik.
Pada Oktober 2022, negara, perusahaan, dan individu asing memiliki $7,2 triliun utang pemerintah AS. Jepang dan Cina adalah pemegang terbesar, dengan masing-masing sekitar $ 1 triliun. Sisanya berutang kepada warga negara dan bisnis AS, serta pemerintah negara bagian dan lokal.
Baca juga : Populi Center: Elektabilitas Prabowo Capai 35,8% Ungguli Ganjar dan Anies
Apa penyebab Amerika terancam gagal bayar utang?
Sekarang ketika pemerintah diisukan tengah terancam dalam bayar utang, penyebab Amerika bakal gagal bayar utang pun menjadi sorotan. Penyebab ini berkaitan dengan sejarah utang Amerika Serikat itu sendiri.
Sebelum 1917, Kongres akan memberi wewenang kepada pemerintah untuk meminjam sejumlah uang tetap untuk jangka waktu tertentu. Ketika pinjaman dilunasi, pemerintah tidak dapat meminjam lagi tanpa meminta persetujuan Kongres.
Undang-Undang Obligasi Liberty Kedua tahun 1917, yang menciptakan plafon utang, mengubah ini. Ini memungkinkan rollover utang terus-menerus tanpa persetujuan kongres.
Baca juga : Survei LSI Denny JA: Prabowo Menang di 3 Provinsi Besar, Ungguli Ganjar dan Anies
Kongres memberlakukan langkah ini untuk membiarkan Presiden Woodrow Wilson menghabiskan uang yang dianggapnya perlu untuk berperang dalam Perang Dunia I tanpa menunggu anggota parlemen yang sering absen untuk bertindak.
Kongres, bagaimanapun, tidak ingin memberikan cek kosong kepada presiden, sehingga membatasi pinjaman hingga $ 11,5 miliar. Seiring berjalannya waktu, bunga utang tersebut terus membengkak.
Plafon utang telah meningkat puluhan kali sejak saat itu dan ditangguhkan pada beberapa kesempatan. Perubahan terakhir terjadi pada Desember 2021, ketika dinaikkan menjadi $31.38 triliun setara dengan kurang lebih Rp 460 ribu triliun.
Baca juga : Antisipasi Krisis Air, Prabowo Resmikan 31 Sumur Bor di NTB
Demikian itu yang dapat disampaikan dari penyebab Amerika terancam gagal bayar utang.