BIMATA.ID, Jakarta – Direktur Eksekutif Nurjaman Center Indonesia Demokrasi (NCID), Jajat Nurjaman menyampaikan, wacana koalisi besar yang dianggap oleh sekelompok orang sebagai salah satu upaya untuk melawan Anies Baswedan di pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang dinilai tidak tepat.
Pasalnya, ada tiga nama kandidat calon presiden (Capres) yang menduduki puncak top survei. Yakni, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan. Sehingga, tidak mungkin wacana koalisi besar dikaitkan hanya untuk melawan mantan Gubernur Provinsi DKI Jakarta tersebut.
Baca juga: Prabowo Subianto dan Cak Imin Bertemu: Saling Tukar Informasi
“Asumsi sesat seperti ini tidak lebih hanya sebatas bentuk pembelaan dan ingin menempatkan bahwa, Anies Baswedan adalah satu-satunya kandidat yang menjadi musuh bersama. Saya kira, hal ini tidaklah relevan. Mengingat, pembentukan koalisi ini masih sifatnya baru akan dan bisa saja tidak terjadi berdasarkan situasi politik ke depan,” ujar Jajat.
Lebih lanjut, Jajat menyebut, seharusnya yang ditakutkan dari wacana koalisi besar adalah berkumpulnya kekuatan politik untuk mendukung kandidat Capres tertentu.
Lihat juga: Pengamat: Prabowo Capres Potensial, Jadi Magnet Koalisi Besar untuk Pilpres 2024
Namun, jika berkaca pada koalisi di Pilpres 2014, sebuah koalisi gemuk bukan merupakan satu-satunya jaminan untuk memenangkan ajang lima tahunan tersebut. Kecuali, koalisi itu diiringi dengan kesepahaman dan kerja bareng. Sehingga, keunggulannya tidak hanya sebatas di atas kertas semata.
“Siapapun kandidat yang akan di usung koalisi besar, jika benar ini terjadi masih bergantung kepada bagaimana membangun chemistry di antara partai politik itu sendiri. Karena, tanpa adanya keinginan kuat bersama koalisi besar tidak ubahnya akan seperti gerbong kosong tanpa penumpang. Jadi, tidak perlulah kubu Pak Anies ini panik berlebihan,” tutur pengamat politik muda ini.
Simak juga: Merasa Senang Dikunjungi Zulhas dan Elite PAN, Prabowo: Sudah 10 Tahun Kita Bersama
[MBN]