BIMATA.ID, JAKARTA – Pemerintah diminta memberikan perhatian lebih terhadap upaya peningkatan kesejahteraan petani . Hal itu antara lain bisa diwujudkan dengan meningkatkan harga jual hasil pertanian .
“Kita ingin petani bangga dengan profesinya, seperti di Jepang,” ungkap Ketua Umum Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) Subandriyo, Kamis (16/03/2023).
BACA JUGA: Prabowo Dikepung Srikandi TNI AU Usai Dianugerahi Warga Kehormatan Kopasgat
Subandriyo menilai, kebanggaan petani atas profesinya bisa muncul jika kesejahteraan petani terjamin. Menurutnya, persoalan kesejahteraan petani di Indonesia saat ini masih belum seperti yang diharapkan. Salah satu faktor yang menyebabkan belum baiknya kesejehteraan petani, kata dia, adalah rendahnya harga jual hasil pertanian. Permasalahan itu semakin rumit ketika masa panen tiba, di mana banyak serbuan produk pertanian dari luar negeri.
“Saat panen, malah ada impor produk pertanian,” cetusnya.
BACA JUGA: Jadi Warga Kehormatan Kopasgat TNI AU, Prabowo: Saya Akan Jaga Kehormatan Korps Baret Jingga
Karena itu, Subandriyo berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap peningkatan kesejahteraan petani. Guna membahas berbagai persoalan di sektor pertanian yang ada, Maporina berencana menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Jakarta pada 17-18 Maret 2023.
Rakernas dengan bertema “Membangun Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan untuk Kemandirian Bangsa” ini menurutnya akan dihadiri oleh pengurus di 34 provinsi dan pengurus pusat Maporina. Rakernas ini juga bagian dari silahturahmi pengurus Maporina seluruh Indonesia.
BACA JUGA: Menhan Prabowo: Inovasi Komando Teritorial di Kodam III Siliwangi Pecahkan Kesulitan Rakyat
“Anggota Dewan Pakar, praktisi dan pengurus akan membahas, dan memberikan rekomendasi eksternal terkait pertanian ramah lingkungan,” ungkap Subandriyo.
Dia mengatakan, persoalan kerusakan tanah, penambahan subsidi pupuk organik dan kesejahteran petani akan menjadi prioritas pembahasan Rakernas. Kerusakan tanah di Indonesia, ujarnya, sudah mencapai 70% yang antara lain disebabkan penggunaan pupuk kimia. “Tanah jadi tandus dan mengurangi produktivitas pertanian,” pungkasnya.