BIMATA.ID, Cianjur – Pengusaha kopi asal Cianjur, Provinsi Jawa Barat, telah melakukan berbagai kegiatan promosi kopi khas Cianjur baik robusta dan arabica termasuk menggelar lomba meracik kopi pada setiap tahun dengan bahan utama kopi Cianjur pada Senin 14 Maret 2023.
Ketua Komunitas Ngopi Cianjur, Henry Ahadinuari mengatakan, Cianjur merupakan surga bagi penikmat kopi, karena jenis robusta dan arabica tumbuh subur di hampir seluruh kecamatan yang memiliki ketinggian di atas 1.000 mdpl.
“Sebagian besar wilayah Cianjur penghasil kopi arabika, mulai dari kecamatan Sukaresmi di wilayah utara hingga Sukanagara di wilayah Selatan. Untuk robusta ada di Kecamatan Sukaresmi, Pacet dan Cipanas, dengan standar mutu biji kopi yang sudah teruji secara nasional,” kata Henry, dikutip dari antaranews, Selasa (14/03/2023).
Baca Juga : Jadi Warga Kehormatan Kopasgat TNI AU, Prabowo: Saya Akan Jaga Kehormatan Korps Baret Jingga
Bahkan kata Henry, dalam kegiatan lomba yang digelar setiap tahun di Cianjur, banyak dihadiri para penyaji kopi atau barista dari berbagai kota di Indonesia dengan kopi Cianjur sebagai bahan utama racikan yang mereka olah menjadi sajian kopi.
Kopi Cianjur sebagai bahan utama, menurut Henry, merupakan salah satu cara panitia untuk memperkenalkan jenis kopi yang memiliki keasaman yang khas untuk lebih dikenal dan dibawa masing-masing barista ke daerah asalnya, sehingga nama kopi Cianjur semakin dikenal.
“Event tahunan ini, sengaja kita gelar sebagai upaya terus mendongkrak popularitas kopi Cianjur, setiap bulan-nya untuk kebutuhan lokal saja 1 ton per bulan seperti kopi Sarongge, Sukadana, Sukanagara, Ciseureuh, untuk arabica dan Cibulao untuk robusta,” ucapnya.
Sementara Insiator Kopi Sarongge, Tosca Santoso menuturkan, sejak beberapa tahun terakhir ini, luasan kebun kopi di Cianjur, mengalami penurunan, hal itu dikarenakan petani lebih memilih berhenti menggarap lahan, karena biaya operasional yang cukup tinggi, meskipun mereka mengelola hutan rakyat.
“Kurang perhatian pemerintah membuat petani kesulitan mengembangkan kebunnya karena modal yang dibutuhkan cukup besar terlebih untuk membeli pupuk yang cukup mahal dan sulit didapat, sehingga banyak yang beralih menanam sayur mayur atau palawija,” tuturnya.
Simak Juga : Survei PWS: Duet Prabowo-Ganjar Paling Banyak Dipilih
Sedangkan, terkait perubahan iklim tutur mantan Dewan Pengawas LKBN Antara itu, sedikit berpengaruh terhadap produksi kopi yang saat ini memiliki pasar yang cukup tinggi, baik didalam maupun diluar negeri, sehingga berbagai upaya dilakukan petani untuk tetap menghasilkan uang.
“Perubahan iklim sudah pasti berpengaruh pada produksi tanaman kopi untuk jenis robusta, berbeda dengan arabica yang tidak terlalu terpengaruh dengan perubahan iklim, sehingga pola tanam dan panen sudah diatur sebagai upaya antisipasi dan pemupukkan,” pungkasnya.