BIMATA.ID, Jakarta- Akan menjadi tanda tanya ketika harga beras melambung, tetapi stok yang tersedia berdasarkan data pemerintah justru melimpah. Janganlah rakyat menjadi korban segelintir pihak pencari keuntungan.
Beberapa hari terakhir, ibu-ibu kembali dipusingkan dengan kenaikan harga dua bahan pokok yang cukup penting, yaitu minyak goreng dan beras. Bahkan, untuk minyak goreng murah bersubsidi di beberapa tempat keberadaannya sempat menghilang di pasaran. Sebuah situasi yang sulit, terutama bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah yang akan sangat berat jika memberi produk-produk premium.
BACA JUGA: Prabowo Beri Kepercayaan Buruh Lepas Jadi Pengucap Pembukaan UUD 45 di HUT Gerindra
Namun, sepertinya tak ada pilihan bagi mereka untuk membeli produk yang tersedia di pasaran. Hal itu karena para ibu harus tetap memasak, dan beras adalah makanan pokok di negeri ini.
Kedua kebutuhan pokok ini sangatlah vital bagi masyarakat sehingga tak heran ketika terjadi kenaikan atau kelangkaan bisa menimbulkan gejolak di masyarakat.
Spekulasi pun kemudian bermunculan terkait kenaikan dua harga bahan pokok tersebut. Ada yang melihat fenomena kenaikan itu sebagai hal yang biasa menjelang datangnya bulan Ramadan, di mana permintaan masyarakat cukup tinggi.
BACA JUGA: Prabowo Subianto Tegaskan Siap Bela Pemerintahan Presiden Jokowi Hingga Berhasil
Ada pula yang berspekulasi bahwa apa yang terjadi saat ini dikarenakan adanya penimbunan oleh pihak tak bertanggung jawab. Kemungkinan lain yang juga mengemuka adalah terkait minimnya stok dan tersendatnya distribusi ke pasar.
Pemerintah sendiri mengakui adanya kenaikan harga beras dan kelangkaan minyak di beberapa tempat. Bahkan, Presiden Jokowi sudah meminta Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, untuk mewaspadai kenaikan dua bahan pokok ini. Apalagi, hal ini akan berdampak pada inflasi di tanah air. Presiden pun telah meminta agar kondisi tersebut segera distabilkan kembali.
Kementerian Perdagangan mengaku terus berusaha menstabilkan harga dua kebutuhan pokok tersebut. Terkait minyak, Zulkifli menepis terjadi kelangkaan. Dia menegaskan, yang terjadi adalah karena tingginya permintaan akibat beralihnya pengguna minyak premium ke minyak bersubsidi.
BACA JUGA: HUT Partai Gerindra ke-15, Kader Muda Gerindra Doakan Prabowo Presiden
Pihaknya pun akan segera menggenjot produksi untuk menambah stok di pasaran dari awalnya 300 ton menjadi 450 ton. Salah satunya dengan meminta perusahaan crude palm oil (CPO) untuk menambah pasokan bahan baku minyak goreng dalam negeri.
Sementara itu, mengenai kenaikan harga beras di pasaran karena beras yang dipasok Bulog ke pasar tradisional berkualitas premium. Para perantara atau pedagang memanfaatkan keunggulan beras itu dengan menjual lebih mahal. Harga beras bulog Rp8.300 per kilogram dan pedagang menjual harga beras yang seharusnya Rp9.540 per kilogram menjadi di atas Rp10.000 per kilogram.
Kondisi itu telah dikoordinasikan dengan Bulog untuk mengantisipasi kenaikan beras dengan memasok beras ke pedagang tanpa perantara. Bulog akan menyalurkan 300.000 ton beras pada 16 Februari sebagai upaya untuk menstabilkan harga beras.
BACA JUGA: Prabowo Subianto: Yang Penting Saya Tidak Bohong dan Tidak Berkhianat
Jika melihat kondisi di pasar, banyak pedagang mengakui adanya kenaikan harga tersebut. Seperti dikemukakan pedagang di Pasar Kiaracondong, untuk minyak bersubsidi stok yang ada memang terbatas.
Kalaupun ada, mereka harus menaikkan harga di atas patokan sebesar Rp 14.000/liter. Sementara, untuk stok minyak premium cukup tersedia walaupun banyak konsumen tetap mencari minyak bersubsidi. Kondisi itu terjadi karena memang minimnya pasokan saat ini.
Kondisi yang sama terjadi untuk beras. Beberapa pedagang mengaku tidak tahu mengapa ada kenaikan, karena mereka juga membeli dengan harga yang sudah naik. Dengan begitu, mereka terpaksa menaikkan harga ke konsumen.
BACA JUGA: Sapa Kader-Kadernya di Daerah, Prabowo Sebut Mereka Ujung Tombak Kebesaran Gerindra
Kenaikan harga juga terjadi pada beberapa beras premium yang biasanya dijual per lima kilogram. Mereka pun berharap harga bisa stabil, walaupun pastinya sulit diprediksi apalagi menjelang Ramadan.
Pemerintah sebagai regulator harus bergerak cepat menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok, khususnya minyak goreng dan beras. Kelangkaan minyak goreng seperti yang terjadi tahun lalu tentu bisa menjadi pelajaran berharga. Kondisi itu tak boleh terulang di negeri yang katanya kaya akan sawit dan CPO.