BIMATA.ID, Semarang – Kurangnya produktivitas padi di wilayah Jawa Tengah (Jateng) yang dinilai masih cukup terlalu rendah.
Disebutkan, ada dua faktor yang menjadi penghambat produktivitas padi, yakni kurangnya pupuk dan benih untuk suplai ke para petani, sehingga, pemerintah setempat akan membuat edaran guna memberikan benih unggulan.
Oleh karena itu, pemerintah mengajak para petani untuk mengoptimalkan pemakaian pupuk organik di tengah krisisnya pupuk anorganik bersubsidi.
Baca juga: Prabowo Subianto Perbantukan Pesawat Hercules C-130 untuk Penanggulangan Bencana di Turki
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng mencatat, produksi padi pada tahun 2020-2022 di wilayah itu fluktuatif. Pada tahun 2020, produksi padi di Jateng sebesar 9,4 juta ton. Sementara pada tahun 2021 dan 2022, jumlahnya masing-masing 9,6 juta ton dan 9,5 juta ton.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, yang menjadi penyebab utama kurangnya produktivitas karena kurangnya lahan tanam padi yang rata – rata di wilayahnya hanya 5,6 ton per hektar, baginya angka tersebut masih terlalu rendah.
”Penyebabnya ada dua, benihnya kurang bagus dan pupuknya kurang,” ucap Ganjar dalam keterangannya di Rapat Koordinasi Evaluasi Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura Selasa (14/02/2023).
Lihat juga: Prabowo Subianto: Korps Marinir Miliki Sejarah Gemilang
Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas padi, Ganjar mendorong agar benih padi varietas Rojolele Shrink segera diedarkan.
Untuk diketahui, Rojolele Shrink merupakan produk pangan unggulan daerah Jateng yang berasal dari Klaten yang dikembangkan Pemerintah dan Badan Tenaga Nuklir Nasional. Sebab, benih padi varietas itu memiliki potensi hasil panen sebesar 9,22 ton per hektar.
Simak juga: Diangkat Menjadi Warga Kehormatan Korps Marinir, Prabowo: Saya Ucapkan Terima Kasih dan Bangga