Prabowo Ungkap Nilai Luhur Falsafah Budaya Jawa
BIMATA.ID, Jakarta – Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto, menceritakan dirinya yang sering menonton wayang kulit bersama eyang Margono, lantaran sering bersama dengan eyang margono, Prabowo mendapatkan pembelajaran dan nilai nilai falsafah budaya Jawa.
“Salah satu hal yang saya pelajari, dan saya ingat sampai sekarang adalah pelajaran kepemimpinan dari lakon wahyu makutha rama” tulis dia, dikutip dari facebook @Prabowo Subianto, Kamis (12/01/2023).
Dalam lakon wahyu makutharama, Prabowo mendapatkan ilmu kepemimpinan, Lakon ini menggambarkan tentang dua titisan Batara Wisnu yang berhasil menjadi raja dan dilanjutkan oleh batara Krisna guna menurunkan ilmunya kepada Arjuna untuk menghancurkan segala Angkara Murka.
“Dengan Hasta Brata ini Arjuna mampu mengoreksi kepemimpinan Dasamuka yang dikenal arogan dan penuh angkara murka” kata dia.
Prabowo pun menjelaskan tentang makna Hasta Brata, yaitu delapan ajaran yang harus selalu dipegang teguh oleh seorang kesatria atau pemimpin.
“Hasta Brata adalah delapan ajaran perilaku, delapan watak yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Delapan ajaran ini berlandaskan hukum-hukum alam, yang diantaranya adalah: Pindo Jaladri, Pindo Candra, Pindo Kartika, Pindo Surya, Pindo Arga, Pindo Dahana, Pindo Bayu dan Pindo Bahana” ucap dia.
Menurut Prabowo, seorang pemimpin haruslah memiliki sifat seperti samudera,yaitu pemimpin yang mampu menerima, mengayomi dan memberikan ketenangan kepada khalayak ramai.
“Samudera itu luas tak bertepi dan setiap hari siap menampung apa saja dari segala penjuru. Samudera juga selalu siap dan mampu membersihkan segala kotoran yang dibuang ke samudera oleh orang-orang yang tidak baik. Samudera juga memberikan rasa ketenangan bagi mereka yang melihatnya” ujar dia.
Selanjutnya, kata Prabowo, seorang pemimpin hendaknya harus mempunyai hati yang lapang, memiliki pandangan yang luas, mampu memberikan rasa kasih sayang tanpa membeda bedakan dan mampu berlaku adil terhadap semua orang.
“Pindo Jaladri, seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan hati dan pandangan, dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan pengertian terhadap rakyatnya. Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku adil dan bijaksana” tutup dia.
(Pandu)