Bimata

MUI Melarang Subsidi Silang dalam Dana Jamaah Haji

BIMATA.ID, Jakarta – Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh mengatakan, melarang adanya praktik subsidi silang dalam pelaksanaan pemberangkatan haji tidak boleh digunakan untuk menutup biaya jemaah haji yang akan berangkat. Hal tersebut dilakukan maka bisa masuk kategori malpraktek dalam penyelenggaraan ibadah haji.

“Nilai manfaat yang digunakan itu tidak sepenuhnya punya calon jemaah yang sedang akan berangkat, tetapi itu bisa jadi dari calon jemaah yang masih antri tunggu. Kalau digunakan untuk menutup BPIH bagi jemaah lain maka itu bisa masuk malpraktek penyelenggaraan ibadah haji,” Katanya, Selasa (31/01/2023).

Baca Juga : Prabowo Subianto Apresiasi Keberhasilan Bangsa Indonesia Atasi Pandemi Covid-19

Pihaknya mengucapkan, Dana manfaat bukan hanya untuk calon jemaah haji yang akan berangkat pada tahun ini, namun juga untuk calon jemaah haji yang akan berangkat pada tahun mendatang, dana nilai manfaat merupakan hak setiap warga yang sudah menyetorkan dana setoran awal haji.

“Dana BPIH milik calon haji yang masuk daftar tunggu, tidak boleh digunakan untuk keperluan apapun kecuali untuk membiayai keperluan yang bersangkutan. Kepemilikan dananya bersifat personal, meski dikembangkan secara kolektif, Manfaatnya dikembalikan secara personal,” ucapnya.

Asrorun menjelaskan konsep Istitha’ah dalam penyelenggaraan ibadah haji telah dibahas oleh MUI sejak lama. Terakhir pada keputusan Ijtima Ulama Tahun 2012 menyebutkan bahwa Istitha’ah merupakan syarat wajib haji (syarth al-wujub), bukan syarat sah haji (syarth al-shihhah).

Cek Juga : Deklarasi PAPERA Bekasi, Don Muzakir: Pak Prabowo Pejuang Ekonomi Kerakyatan Siap Perjuangkan Nasib Pedagang

Kemudian, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag RI, Saiful Mujab mengatakan usulan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 1444H/2023M yang diusulkan Menag menjadi 70 persen Bipih dan 30 persen nilai manfaat merupakan angka ideal yang ditawarkan pemerintah. Sehingga angka tersebut masih bisa diterapkan di usulan-usulan selanjutnya.

“Pemerintah menawarkan itu angka ideal, cuma angka ideal dicapai saat ini, atau nanti dua tahun kedepan ini yang harus kita diskusikan baik dalam komisi VIII dengan BPKH. Angka seperti itu masih terbuka, sangat terbuka jadi belum kaku istilahnya,” jelasnya.(oz)

Simak Juga : Prabowo Subianto Ucapkan Terima Kasih ke Babinsa: Kita Sekarang Kerja Keras

Exit mobile version