BIMATA.ID, Jakarta- Nilai tukar rupiah pada 2023 diprediksi oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menguat dan lebih stabil menuju nilai fundamentalnya.
“Ke depan, BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi,” kata Perry dalam Pengumuman Hasil RDG Desember 2022, Kamis (22/12/2022).
Penguatan rupiah, menurutnya, didukung dengan pengendalian inflasi, terutama imported inflation, melalui intervensi di pasar valuta asing dengan transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Sehingga, ia menilai stabilitas nilai tukar rupiah terjaga di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Tekanan nilai tukar rupiah pada November-Desember 2022 berkurang dipengaruhi aliran masuk modal asing yang terjadi di pasar SBN, serta langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh BI.
Perkembangan nilai tukar rupiah tersebut cukup positif di tengah dolar AS yang masih kuat dan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) tercatat masih tinggi di level 104,16 pada 21 Desember 2022.
Dengan perkembangan tersebut, kata Perry, nilai tukar rupiah sampai dengan 21 Desember 2022 terdepresiasi 8,56 persen dibandingkan dengan level akhir 2021 (year-to-date/ytd).
“Depresiasi nilai tukar rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara lain di kawasan, seperti Tiongkok 8,96 persen (ytd) dan India 10,24 persen (ytd),” pungkasnya.