BIMATA.ID, Jakarta – Ketua DPR RI, Puan Maharani saat pidato ilmiah pengukuhan gelar Doktor Honoris Causa (H.C.) dari Pukyong National University (PKNU), Korea Selatan, menyebut demokrasi menjamin partisipasi warga bangsa dalam mengartikulasikan hak politik, hak sosial, hak budaya dan hak ekonomi.
Puan menegaskan, demokrasi juga memberikan ruang artikulasi kaum perempuan dalam segala bidang. Menyertakan perempuan dalam setiap jabatan bukan sebagai kebijakan afirmatif, akan tetapi merupakan kesadaran atas penghargaan harkat dan martabat manusia.
“Seperti diketahui, populasi perempuan di seluruh dunia mencapai 49% atau lebih dari 3,8 miliar jiwa. Puan mengatakan, perempuan saat ini pun telah banyak aktif dan mengambil peran yang strategis dalam setiap kegiatan di segala bidang. Mulai dari Presiden, Perdana Menteri, Ketua Parlemen, Menteri, Ekonom, Pakar Teknologi, dan lain sebagainya,” ujar Puan dalam keterangan resmi yang diterima Parlementaria, Senin (7/11).
Namun demikian, sambung Politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan tersebut, berbicara perempuan juga masih menghadapi berbagai kendala yang dapat berasal dari kehidupan sosial, budaya, ekonomi maupun politik. Oleh karena itulah, tandas perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI ini, masih diperlukan berbagai upaya edukasi, sosialisasi, advokasi dan fasilitasi dalam rangka memperkuat peran perempuan.
Puan mengatakan, inti dari pembangunan kesetaraan dan keadilan gender bukanlah meneguhkan siapa yang mendominasi dan didominasi, melainkan menemukan koridor untuk saling berbagi secara adil dalam segala aktivitas kehidupan tanpa membedakan pelakunya laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut juga sama halnya dengan tidak membedakan pelaku aktivitas kehidupan karena perbedaan warna kulit, ras, dan keyakinan.
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayapnya sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya. Jika patah satu daripada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali. Inilah semangat yang harus kita tanamkan bersama dalam membangun kehidupan demokrasi, di mana perempuan dan laki-laki dalam harkat, martabat, kemajuan dan kesejahteraan yang sama. Negara tidak mungkin sejahtera dan maju jika para perempuannya tertinggal,” tandasnya.
Di akhir pemaparannya, Puan menyatakan pidato ilmiahnya merupakan salah satu wujud tanggung jawab akademis-intelektualnya di hadapan Rektor, Dewan Senat Guru Besar, Sivitas Akademika PKNU, dan para undangan yang menghadiri pengukuhannya sebagai Doktor Honoris Causa.
“Semoga Pidato Ilmiah ini dapat menyumbangkan pemikiran bagi masyarakat dunia untuk bergotong royong membangun dunia yang lebih humanis, maju, sejahtera, adil, damai, dan berkelanjutan,” pungkas Puan.