BIMATA.ID, Jakarta- Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebenarnya bisa dihindari oleh pemerintah dengan melakukan penghematan di sisi fiskal.
Hal tersebut diungkapkan oleh mantan menteri koordinator bidang kemaritiman dan sumber daya Rizal Ramli, Senin (05/09/2022).
Menurutnya, beban cicilan dan bunga utang yang dibayarkan tiap tahunnya kelewat tinggi. Untuk beban cicilan saja, pemerintah harus menyiapkan Rp 400 triliun per tahun, sementara beban bunga mencapai Rp 405 triliun per tahun. Artinya, pemerintah harus menyiapkan Rp 805 triliun setiap tahun.
“Bakar uang paling besar itu sebenarnya buat bayar pokok, bunga dan cicilan utang pemerintah,” tegasnya.
“Ada yang bilang bakar (subsidi) untuk BBM. Woy, utang itu bakarnya lebih dahsyat lagi, Hampir lebih dari sepertiga BBM,” tambah Rizal.
Dia menilai pemerintah seharusnya lebih kreatif. Pemerintah dapat melakukan negosiasi atau restrukturisasi utangnya dengan skema debt swap, debt to nature swap atau skema lainnya.
Dengan langkah ini, dia mengkalkulasi pemerintah bisa hemat Rp 200 triliun sehingga kenaikan harga BBM bisa dihindari. Alhasil, rakyat tidak akan terbebani dengan kenaikan harga BBM.
“Padahal ada cara-cara lain. Kasih nafas dulu lah, baru saja habis Covid, baru mau bangkit,” pungkasnya.
(ZBP)