BIMATA.ID, Jakarta- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menjelaskan, inflasi tahunan sudah hampir menembus 5% year on year (yoy), atau berada pada level 4,94% yoy. Adapun lonjakan inflasi tersebut dipicu utamanya oleh kenaikan harga pangan dalam negeri yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Margo menilai, peningkatan harga pangan yang signifikan ini dikhawatirkan mempengaruhi jumlah masyarakat miskin ke depan. Dengan harga pangan yang tinggi, bukan tak mungkin jumlah masyarakat yang jatuh ke jurang kemiskinan bakal bertambah.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mengatakan, semakin tinggi tingkat inflasi maka akan semakin banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan alias penduduk miskin akan meningkat.
“Masyarakat rentan miskin kita sangat besar sekali jumlahnya,” ujar Huda, Selasa (02/08/2022).
Menurutnya, ketika terjadi lonjakan inflasi, maka penduduk rentan miskin akan menjadi pula penduduk miskin. Sehingga mereka tidak mampu lagi membeli barang kebutuhan pokok dikarenakan harga komoditas naik namun pendapatan mereka tidak naik.
Oleh karena itu, Huda menyarankan pemerintah untuk melihat masyarakat tersebut apabila ingin melakukan sebuah kebijakan, jangan sampai pemerintah membuat kebijakan yang dapat meningkatkan inflasi.
Huda menyebut, apabila subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik dicabut, maka hal tersebut bisa berdampak signifikan ke inflasi.
“Makanya kita minta pemerintah untuk menahan dulu subsidi BBM dan listrik,” katanya.
(ZBP)