BIMATA.ID, Jakarta- Epidemiolog dari Grifith University, Dicky Budiman menjelaskan penyebaran cacar monyet sangat, sehingga pemerintah perlu memfasilitasi penderitanya dalam menjalani karantina.
“Tak aneh jika cacar monyet sudah ada di Indonesia, dan mayoritas gejalanya ringan,” kata Dicky.
Menurutnya, klaster penyakit cacar monyet saat ini sebagian besar di kalangan LGBT yang punya gangguan imunitas, khususnya penderita HIV.
“Komorbid itu bukan hanya HIV, tapi bisa saja. Bahkan terakhir data di Spanyol, satu orang tiga penyakit, HIV, Covid, Monkeypox,” kata Dicky.
Menurut Dicky hal tersebut sudah ketemu di negara Spanyol, apalagi jika pasien tersebut memiliki alergi.
“Penanganan khusus aktif dari tenaga medis, makanya sejak ada kasus ini (monkeypox) saya mengusulkan kepada pemerintah,” ujar Dicky Budiman.
“Untuk mengisolasikan karantina penderita cacar monyet ini perlu difasilitasi pemerintah,” jelas Dicky Budiman.
Sebab, kata Dicky Budiman, banyak yang terkena cacar monyet ini belum tentu punya daya dukung untuk menjalani isolasi mandiri selama tiga minggu.
“Masa karantinanya itu tiga minggu loh, Covid lima hari, hingga tujuh hari, sekarang sudah makin pendek. Nah ini nggak bisa kurang dari tiga minggu,” tegas Dicky.
Selain itu, tempat isolasi mandiri penderita cacar monyet juga harus benar-benar yang steril dari orang lain.
“Toilet sendiri, dan lain segala macamnya harus sendiri. Kalau tidak, potensi penularannya tinggi,”pungkas Dicky.
Termasuk juga bagi pasien yang memiliki kelainan kulit, atau gejala klinis itu harus dipantau.
(ZBP)