BeritaEkonomiInternasionalNasionalUmum

Ekonom Senior: Tunda Ibu Kota Baru, BUMN Jangan Dimanja

BIMATA.ID, Jakarta- Pandemi COVID-19 sudah mulai melandai meskipun dibayangi dengan ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Hal ini membuat pangan dan energi terancam sehingga ekonomi dunia tertekan.

Termasuk Indonesia yang juga harus waspada meskipun pada kuartal II 2022 masih tumbuh 5,44%. Pada kuartal berikutnya Indonesia harus hati-hati karena tak ada lagi pendorong ekonomi musiman seperti mudik dan lebaran.

Karena itu pemerintah harus melakukan berbagai hal untuk menjaga agar ekonomi tetap berjalan dengan baik dan membuat rakyat tetap sejahtera.

Ekonom Senior INDEF Faisal Basri mengungkapkan dengan kondisi ini maka pemerintah sebaiknya tak lagi menghambur-hamburkan uang untuk subsidi.

“Istilah orang sehari-harinya cash di tangan harus cukup artinya apa pemerintah jangan hambur-hamburkan untuk subsidi, lebih baik untuk berjaga-jaga itu,” kata dia, Rabu (10/08/2022).

Dia mengungkapkan sebaiknya pemerintah menahan nafsu agar kondisi keuangan negara bisa tetap baik. Misalnya dengan menunda rencana-rencana pembangunan yang tidak terlalu urgen seperti pembangunan Ibu Kota Baru.

Kemudian Faisal juga menyebut agar BUMN jangan dimanjakan seperti terus-terusan menyuntikkan penyertaan modal negara (PMN).

“Tahan nafsu yang kita tidak mati kalau kita tidak melakukannya. Ibu kota baru bisa ditunda, BUMN jangan dimanja, ngasih ke BUMN Rp 72 triliun setuju langsung masyaallah ini apa ya sedemikian mudah untuk menomboki BUMN-BUMN yang bobrok gitu kan tidak kelihatan gitu prioritasnya di mana,” jelas dia.

Pemerintah juga harus berjaga-jaga agar jangan sampai masyarakat tenggelam dan kesulitan. Pasalnya Indonesia disebut tak memiliki tabungan anggaran.

Berbeda dengan negara lain seperti Norwegia yang hasil minyaknya 90% disimpan termasuk Saudi Arabia dan Malaysia.

“Singapura juga begitu ada tabungan jadi tidak kelabakan seperti Indonesia. Indonesia tabungannya nol jadi kalau ketiban rezeki nomplok pemerintah bilang ‘Kita habiskan nih yuk jangan ada sisakan ya habiskan, kalau krisis kita ngutang aja,’. Harus kita antisipasi ini kita mengalami learning lost yang mahal sekali akibat pandemi karena fasilitas internet dan sebagainya terbatas di kalangan masyarakat, tidak semua keluarga punya tablet ya bahkan anak-anak pakai handphone orang tuanya gantian begitu begitu,” jelasnya.

Menurut Faisal ini harus diselamatkan untuk generasi emas. Atau generasi yang akan menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka.

“Kalau learning lostnya terlalu besar waduh bisa score kita nanti turun lagi dan itulah yang membuat Indonesia menjadi terancam middle income trap itu (perangkap pendapatan menengah),” ujarnya.

 

(ZBP)

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close