BIMATA.ID, Jakarta- Gubernur DKI Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi pasangan yang diperkirakan akan paling banyak meraup dukungan masyarakat, baik dalam skenario koalisi tiga poros maupun empat poros.
Meskipun secara individu, elektabilitas kedua tokoh ini bukan yang paling tinggi, tapi ketika digabungkan, efek elektabilitas keduanya terlihat saling menguatkan, sehingga justru bisa melampaui pasangan calon-calon lain, dengan berbagai kombinasi.
Ini tercermin dalam survei tatap muka yang dilakukan lembaga survei Indopol pada 24 Juni – 1 Juli 2022. Dengan jumlah sampel sebanyak 1.230 responden di 34 provinsi, survei ini dilakukan dengan metodologi acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margin of error +/- 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei ini menguji kombinasi berbagai pasangan, berdasarkan skenario empat poros, yaitu PDIP, Gerindra-PKB, Demokrat-Nasdem-PKS, dan Golkar-PPP-PAN, serta skenario tiga poros yaitu: PDIP-Golkar-PPP-PAN, Gerindra-PKB, dan Demokrat-Nasdem-PKS.
Dalam skenario 4 poros, simulasi 1, pasangan Anies-AHY, yang diusung Demokrat-Nasdem-PKS, unggul dengan perolehan suara 34,7 persen, mengalahkan pasangan Prabowo-Muhaimin (20,1 persen) yang diusung Gerindra dan PKB, pasangan Puan-Erick yang diusung PDIP diperkirakan memperoleh 4,88%, sedangkan pasangan Airlangga-Khofifah yang diusung Golkar-PPP-PAN berada pada urutan paling buncit dengan 3,82 persen.
Masih dengan skenario 4 poros, tapi jika pasangan Airlangga diganti dengan Ganjar Pranowo, maka hasilnya diperkirakan naik menjadi 22 persen, tapi masih belum bisa mengungguli pasangan Anies-AHY yang memperoleh 30,1 persen, sekaligus mengalahkan pasangan Prabowo-Muhaimin yang memperoleh 17,4 persen sedangkan pasangan Puan-Erick yang didukung PDIP berada di nomor buncit dengan perolehan suara yang turun menjadi 2,93 persen.
Dalam skenario 4 poros, jika Airlangga diganti dengan Khofifah sebagai pasangan Ganjar, perolehan suara pasangan Ganjar-Khofifah yang diusung Golkar-PPP-PAN ini menjadi 24,5 persen, tapi masih belum bisa mengalahkan pasangan Anies-AHY yang unggul dengan suara 30 persen, mengalahkan pasangan Prabowo-Muhaimin yang suaranya 16,5 persen dan menempatkan kembali pasangan Puan-Erick pada posisi bontot dengan perolehan suara hanya 2,52 persen.
Jika koalisi yang terbentuk adalah tiga poros, pasangan Anies-AHY yang diusung koalisi Demokrat-Nasdem-PKS masih unggul dengan perolehan suara 34 persen, mengalahkan pasangan Prabowo-Muhaimin yang diusung Gerindra-PKB dengan perolehan suara 23,5 persen, sedangkan pasangan Puan-Ganjar yang diusung PDIP-Golkar-PPP-PAN, diperkirakan hanya memperoleh 8 persen suara. Hampir 35 persen responden belum mau memberikan jawaban.
Masih dalam format tiga poros koalisi, tapi Prabowo dipasangkan dengan Khofifah, sebagai pengganti Muhaimin, dan posisi Ganjar ditukar menjadi capres dengan Puan sebagai cawapres, maka perolehan pasangan Prabowo-Khofifah yang diusung Gerindra-PKB ini justru turun menjadi 19,9 persen.
Perubahan formasi pasangan Ganjar-Puan yang diusung PDIP-Golkar-PPP-PAN menaikkan perolehan suara mereka menjadi 21 persen, tapi ini belum cukup untuk mengalahkan perolehan suara Anies-AHY yang menjulang dengan 30,9 persen suara. 28,2 persen responden mengaku tidak tahu atau tidak jawab.
Potensi kemenangan pasangan Anies-AHY ini diperkirakan karena publik menginginkan perbaikan dan perubahan, yang tercermin dari tingginya ketidakpuasan publik atas kinerja pemerintahan pada saat ini, terutama di bidang ekonomi dan kebebasan berekspresi.
(ZBP)