Presiden Ukraina Sebut Rusia akan Tingkatkan Serangan Militer
BIMATA.ID, Jakarta- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut Rusia akan mengintensifkan serangan terhadap negaranya dalam beberapa hari mendatang. Eskalasi serangan disebutnya akan meningkat selagi Ukraina menunggu kepastian mengenai pengajuan sebagai anggota Uni Eropa.
Uni Eropa diperkirakan akan memutuskan soal status “kandidat anggota” kepada Ukraina akhir pekan ini.
Jika mendapatkan status tersebut, proses Ukraina bergabung ke blok ekonomi itu dapat bergulir, meski diyakini akan berlangsung selama beberapa tahun.
Zelensky membuat klaim, jika Ukraina menjadi kandidat anggota Uni Eropa, Rusia berpotensi meningkatkan serangan.
Dalam pidato yang dia sampaikan dari ibu kota Ukraina, Kyiv, Minggu (19/06), Zelensky berkata dia dan para penasihatnya telah mempersiapkan diri menghadapi “permusuhan yang lebih besar” dengan Rusia.
Meski begitu, Zelensky menyebut militer Ukraina sedang bersiaga dan siap menghadapi setiap serangan baru Rusia.
Zelenksy berkata akan terus melanjutkan hal yang disebutnya sebagai ambisi bersejarah Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa. Langkah itu pekan lalu mendapat dukungan dari Komisi Eropa.
Saat ini keputusan pemberian status kandidat anggota berada di tangan Dewan Eropa, badan yang terdiri dari para pemimpin negara anggota. Mereka akan bertemu di Brussels, Belgia, Kamis dan Jumat pekan ini.
“Menurut saya jelas bagi semua orang bahwa sejak tahun 1991 hanya ada sedikit keputusan menentukan bagi Ukraina, seperti yang sedang kami harapkan sekarang,” ujarnya, merujuk tahun ketika Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet.
“Saya yakin, hanya keputusan positif yang akan memenuhi kepentingan seluruh Eropa,” tuturnya.
Ukraina mendaftar untuk bergabung dengan Uni Eropa, empat hari setelah Rusia melancarkan invasi ke negara mereka pada 24 Februari lalu.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, Jumat lalu menyebut tidak menentang ambisi Ukraina bergabung dengan Uni Eropa.
Walau begitu, Juru Bicara presiden Rusia, Dmitry Peskov, mewanti-wanti bahwa setiap langkah Ukraina bergabung ke Uni Eropa akan memicu perhatian yang lebih besar dari Rusia.
“Semua pihak tahu tentang diskusi yang semakin intens di Eropa tentang penguatan komponen pertahanan Uni Eropa,” kata Peskov.
“Komponen militer, pertahanan, dan keamanan sedang dibahas. Berbagai transformasi terjadi dan kami, tentu saja, mengamati semuanya secara menyeluruh,” ucap Peskov.
Zelensky memperingatkan anggota Uni Eropa bahwa mereka juga bisa merasakan pembalasan dari Rusia dalam beberapa hari mendatang.
“Jelas, kami harus menyiapkan diri dari sikap bermusuhan yang lebih besar dari Rusia. Tidak hanya terhadap Ukraina, tapi juga negara-negara Eropa lainnya,” ujar Zelensky.
Peringatan Zelensky itu muncul di tengah serangan Rusia di wilayah timur Ukraina. Pasukan Rusia berusaha mengambil kendali penuh atas Donbas. Sebagian kawasan itu telah dikuasai milisi pro-Rusia sebelum invasi Rusia terjadi.
Sebagian besar pertempuran saat ini terpusat di sekitar Kota Severodonetsk. Menurut Gubernur Luhansk, Serhiy Gaidai, kepada televisi milik pemerintah Ukraina, Rusia sekarang mengendalikan daerah utama kawasan tersebut.
Kementerian Pertahanan Inggris, hari Minggu kemarin menyatakan, meski Rusia dan Ukraina saling melontarkan serangan bom artileri berat di utara, timur dan selatan kota, posisi di garis depan pertempuran tidak banyak bergeser.
Sementara itu, pimpinan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebut konflik di Ukraina bisa berlarut-larut.
“Kita harus mempersiapkan fakta bahwa konflik itu bisa memakan waktu bertahun-tahun,” kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, kepada surat kabar Jerman, Bild, Sabtu pekan lalu.
Namun Stoltenberg menekankan bahwa negara Barat harus terus mendukung Ukraina. Menurutnya, masyarakat dunia “harus membayar harga yang lebih besar” jika Rusia mencapai tujuan mereka di Ukraina.
Komentar serupa digaungkan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson. Hari Minggu kemarin dia menuduh Putin menggunakan strategi ‘perang bumi hangus’ untuk melumpuhkan kemampuan bertempur Ukraina.
“Saya khawatir negara-negara perlu menguatkan diri untuk perang yang panjang,” ujar Boris dalam pernyataan tertulis.
“Waktu adalah faktor vital. Semuanya akan tergantung pada apakah Ukraina dapat memperkuat kemampuan untuk mempertahankan wilayah secara lebih cepat ketimbang kemampuan Rusia memperbarui kekuatan untuk menyerang,” ucapnya.