BeritaKesehatanPolitik

Menkes Budi Prediksi Puncak Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia Terjadi Bulan Depan

BIMATA.ID, Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia (RI), Budi Gunadi Sadikin, memprediksi puncak gelombang subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia terjadi bulan depan. Tepatnya, pada pekan kedua atau ketiga bulan Juli 2022.

Prediksi tersebut berdasarkan pengamatan atas yang telah terjadi di Afrika Selatan.

“Kalau polanya sama dengan di Afrika Selatan, perkiraan puncak (di Indonesia) bisa kena di pekan kedua dan ketiga Juli 2022,” ucap Budi, seusai menerima bantuan mesin refrigerator vaksin dari Pemerintah Jepang di JICT Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (26/06/2022).

Budi mengemukakan, Afrika Selatan merupakan negara asal dari kemunculan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang saat ini menyebar infeksi di dunia dengan cepat. Namun, kenaikan kasus di Afrika Selatan dalam sebulan terakhir hanya sepertiga dari besar kenaikan kasus di puncak Omicron BA.1.

Seperti yang juga berulang kali ditekankan, Budi menyebut, hospitalisasi atau jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit karena varian baru Omicron itu juga hanya sepertiga dari puncak subvarian Omicron yang orisinal.

“Angka kasus kematiannya sekitar 10 persen dari puncaknya Omicron,” tandasnya.

Jika Indonesia meniru pola yang terjadi di Afrika Selatan, sambungnya, diperkirakan puncak kasus di Tanah Air mencapai 30 persen dari puncak Omicron, atau setara 17-18 ribu pasien dan setelah itu akan turun kembali.

“Namun, dengan jumlah pasien yang masuk rumah sakit dan kematian jauh lebih rendah dari gelombang sebelumnya,” lanjut Budi.

Sementara, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan penambahan 1.726 kasus positif pada Minggu, 26 Juni 2022. Sebelumnya, laporan pada Jumat, 24 Juni 2022, angkanya sudah sempat menembus 2.000 kasus baru.

Peningkatan kasus baru harian tersebut melesat dari 200 menjadi 2.000 hanya selang beberapa pekan.

Budi mengungkapkan, WHO memberikan standar level 1 situasi pandemi di suatu negara, dengan indikator 20 kasus per pekan per 100 ribu penduduk. Jika disesuaikan dengan situasi di Indonesia, maka standar level 1 WHO berkisar 7.800 per hari.

“Kalau masih di bawah itu (standar WHO), artinya masih di level 1 PPKM. Di Indonesia saat ini, 2.000-an kasus,” ungkapnya.

Budi juga memastikan, tingkat reproduksi virusnya secara nasional masih terkendali. Sebab, berada di bawah 1 persen. Positivity rate nasional masih terkendali pada angka 3,61 persen, atau di bawah standar WHO yang berkisar 5 persen.

Meski begitu, masih ada beberapa provinsi di Indonesia seperti DKI Jakarta dan Banten sudah di atas 5 persen. Sehingga, Budi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak panik menghadapi situasi pandemi Covid-19 saat ini.

[MBN]

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close