BIMATA.ID, Jakarta- Timnas Indonesia U-23 resmi batal mengikuti Piala AFF U-23 2022 karena badai Covid-19 dalam tim. Hal itu dianggap sedikit banyak merupakan dampak dari keputusan PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan PSSI yang memaksa Liga 1 bergulir di tengah pandemi.
Sebelum timnas Indonesia U-23 batal ke Kamboja karena badai Covid-19, klub-klub Liga 1 sudah lebih dulu merasakan bagaimana cepat menularnya virus varian Omicron ini dalam skuad mereka.
Dalam beberapa pekan terakhir, pemandangan tak biasa terjadi dalam susunan pemain beberapa klub saat memainkan laga di Liga 1.
Beberapa dari mereka seperti memaksakan untuk tetap bertanding kendati cuma mengikutsertakan 14 pemain dalam pertandingan.
Sebagai contoh, Tira Persikabo harus tetap bermain menghadapi Bali United dalam laga pekan ke-22 meski hanya memiliki 14 pemain dengan rincian 10 pemain outfield fit, dua kiper, dan dua lainnya cedera.
Alhasil, Tira Persikabo harus menelan kekalahan telak 0-3 dari Bali United dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Ngurah Rai, Bali, Kamis (3/2/2022) malam WIB.
Pengamat sepak bola, Tommy Welly atau akrab disapa Bung Towel menuding stakeholder terkait yakni PSSI, PT LIB hingga Kemenpora telah abai dengan situasi yang ada.
Saat puluhan kasus positif Covid-19 merebak di antara klub-klub peserta, PSSI dan LIB memaksa kompetisi terus berjalan, sementara Kemenpora terkesan tutup mata.
“Ini situasi sangat urgent. Penting. Sejak awal kompetisi sepak bola adalah jangan menciptakan kluster Covid-19. Itu prinsip yang jadi pegangan baik LIB, PSSI, maupun Menpora,” kata Bung Towel dikutip dari Channel Youtube-nya, Gocek Bung Towel, Jumat (11/2/2022).
“Sekarang sudah ada angka puluhan positif, tapi sejauh ini tak ada statment resmi dari pihak Menpora terkait situasi ini. Sementara PSSI dan PT LIB kekeh ingin lanjutkan kompetisi.”
Keputusan LIB untuk tetap menjalankan kompetisi secara tak langsung merugikan timnas Indonesia U-23 yang sebelum batal, memiliki target mempertahankan gelar juara di Piala AFF U-23 2022.
Para pemain timnas jelas dipasok dari para klub peserta, yang dalam beberapa pekan terakhir tengah dihantam badai Covid-19 akibat kompetisi yang tak ditangguhkan meski kasus positif terus berdatangan.
Dalam rilisnya, PSSI telah menyampaikan bahwa sebanyak tujuh pemain plus satu ofisial timnas U-23 dinyatakan positif Covid-19 dengan beberapa lainnya harus isolasi mandiri sambil menunggu tes PCR keluar.
Di sisi lain, para pemain timnas Indonesia juga banyak yang belum fit karena membawa cedera saat membela klub. Kondisi itu membuat Garuda Muda tak punya banyak amunisi hingga pelatih Shin Tae-yong meminta PSSI membatalkan keikutsertaan mereka.
Selain keras kepalanya PT LIB dan PSSI serta acuh tak acuhnya pihak Kemenpora terkait situasi Covid-19 dalam kompetisi Liga 1, dia juga menyoroti keputusan para stakeholders tersebut.
“Awalnya Liga 1 hanya ingin digelar di pulau Jawa, tapi series keempat dipilih Bali. Itu di luar perencanaan awal. Berarti keputusan PT LIB sebagai opertatror dan direstui PSSI dan berarti diamini klub akhirnya tampil di Bali meski tak pernah di program atau rencanakan di sana,” kata Bung Towel.
“Artinya PT LIB lah yang harus tanggung jawab terkait pelaksaan kompetisi. Kalau ada apa-apa yang pertama tanggung jawab ya PT LIB.”
Bung Towel juga mengritisi perihal protokol kesehatan (prokes) ketat yang katanya diterapkan selama kompetisi. Dia tak yakin hal itu dijalankan PT LIB lantaran kasus Covid-19 dalam tim nyatanya tetap terjadi dan meluas.
“Munculnya kasus [Covid-19] ini menimbulkan tanya bahwa protokol kesehatan di jalankan dengan ketat atau tidak? saya tak yakin. Apalagi di Bali, hawanya liburan, pelatih PSIS juga mengaku sikap pemainnya ada kecederungan berlibur. Artinya apa? biubble to bibble [yang diterapkan] tak benar,” jelas Bung Towel.
Tommy Welly menilai keputusan PSSI dan PT LIB untuk terus menggulirkan Liga 1 di tengah pandemi adalah cerminan dari ketidakpedulian mereka terhadap kompetisi sepak bola dari sisi olahraga itu sendiri. Semua hanya didasari karena bisnis semata.
“Tim compang-camping hanya 12 orang dipaksa masuk DSP (Daftar Susunan Pemain), lawannya lebih komplit, jelas faktor keadilannya diabaikan,” kata Bung Towel.
“Jadi tak salah Madura United lewat presidennya menilai bahwa kompetisi ini asal main saja. Karena dipaksakan untuk tetap bermain, karena PT LIB analoginya tak bisa rem mendadak karena ada gerbong-erbong lain yang ditarik.”
“Artinya mereka hanya mementingkan aspek bisnis sepak bolanya, sedangkan aspek sportingnya hanya berdalih Regulasi BRI Liga 1 pasal 52 ayat 7,” pungkasnya.
Batalnya timnas Indonesia U-23 mengikuti Piala AFF U-23 2022 membuat Garuda Muda dipastikan gagal mempertahankan gelar yang diraih pada edisi 2019.
Tiga tahun lalu, timnas Indonesia berhasil menjadi yang terbaik di ajang tersebut setelah mengalahkan Thailand dengan skor 2-1 di Stadion Olimpiade, Phnom Penh, Kamboja pada 28 Februari 2019.